Menu

Mode Gelap

Ekonomi · 25 Mei 2024

Menilik Sejarah Emas: Fluktuatif Hingga Jadi Primadona Investasi Aset


					Menilik Sejarah Emas: Fluktuatif Hingga Jadi Primadona Investasi Aset Perbesar

Jakarta, CNN Indonesia —

Emas menjadi komoditas favorit investor di masa krisis keuangan global. Nilainya stabil dan dipengaruhi oleh inflasi dan inflasi, menjadikannya pilihan yang aman untuk memiliki properti dan menjaga nilai properti.

Namun sejarah menunjukkan bahwa harga emas tidak selamanya stabil. Harga emas secara historis berfluktuasi berdasarkan berbagai faktor seperti inflasi, kebijakan moneter, dan kondisi dunia.

Munculnya emas sebagai komoditas berharga pada tahun 1970an membuat masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mencari peluang untuk mendapatkan keuntungan dari kepemilikan emas.

Melihat sejarahnya, harga emas memang mengalami fluktuasi sehingga masyarakat harus mengetahui apa yang terjadi dengan harga emas, terutama bagi mereka yang ingin menyimpan emas baik secara fisik maupun digital.

Kenaikan harga emas di Indonesia

Selama ini emas dianggap sebagai komoditas berharga yang nilainya tidak mudah terpengaruh oleh perkembangan ekonomi global. Tidak dapat dipungkiri, dalam perkembangannya, harga emas sewaktu-waktu naik dan turun.

Data harga emas di Indonesia dimulai pada tahun 1970-an yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Sejak saat itu, pergerakan harga emas di Indonesia terpantau secara sistematis.

1. musim 1970

Popularitas perdagangan emas di Indonesia dimulai pada tahun 1970an. Saat itu, dunia sedang dilanda krisis minyak dan inflasi yang membuat emas menarik karena nilainya yang stabil dan stabil. Pada tahun 70an harga emas dunia adalah US$35 per troy ounce.

Setelah Presiden Amerika Serikat Richard Nixon menerapkan kebijakan emas terhadap dolar pada tahun 1971, negara-negara besar terpaksa menggunakan dolar AS setelah perang. Namun prosesnya menjadi rumit karena konversi dolar AS ke emas menyebabkan hilangnya mata uang AS.

Hal ini karena setiap konversi dolar menjadi emas menghilangkan sebagian emas dari dolar. Dari sisi impor, AS mengalami kerugian karena impornya tidak sebanding dengan cadangan emasnya. Lebih banyak impor mengurangi cadangan emas AS.

Sejak itu, AS telah melepaskan patokan emas terhadap dolar. Pada gilirannya, bank sentral AS dapat meningkatkan jumlah uang beredar tanpa batas.

2. musim 1980

Pada tahun 1980an, harga emas melonjak tajam. Pada periode tersebut harga emas tertinggi mencapai US$ 850 per ounce.

Pertumbuhan pesat ini disebabkan oleh peningkatan cadangan emas yang membawa lebih banyak investor ke AS dan kenaikan harga minyak akibat pendudukan Uni Soviet di Afghanistan yang menyebabkan konflik antar negara.

3. Periode 1990

Kejayaan emas tidak bertahan lama. Setelah mengalami kenaikan yang signifikan, harga emas turun ke rekor terendah US$254 pada tahun 1990-an.

Meningkatnya produksi emas akibat munculnya teknologi baru di sektor pertambangan menyebabkan anjloknya harga emas di Indonesia dan dunia secara bersejarah. Hal ini mengakibatkan berkurangnya biaya penambangan.

Selain itu, harga emas dipengaruhi oleh inflasi, kebijakan moneter, dan stabilitas global pada tahun 1990an. Faktor sosial dan ekonomi ini menyebabkan banyak orang Eropa mengubah kepemilikan emasnya.

Uang yang diperoleh dari dana tersebut digunakan untuk membeli aset berisiko lainnya, seperti saham dan saham.

4. Milenium Baru

Pada tahun 2000-an atau memasuki milenium baru, harga emas kembali menunjukkan tren positif. Pada periode tersebut, harga emas tertinggi tercatat pada Agustus 2000, yakni US$2.074 per ounce.

Hal ini disebabkan oleh bekunya pasar obligasi akibat krisis keuangan, menjadikan emas sebagai pilihan ideal bagi investor untuk mendiversifikasi investasinya dengan aman.

Bahkan pada tahun 2008, ketika krisis keuangan global melanda banyak negara, emas menjadi penyelamat bagi investor. Harganya naik menjadi US$1.800 per jam karena dianggap sebagai komoditas yang aman dan stabil.

5. Periode 2012-2020

Kondisi perekonomian global mulai membaik pada tahun 2012 dan hal ini berdampak pada kenaikan harga. Akibatnya, banyak investor yang kembali membeli saham dan beralih dari emas.

Akibatnya, harga emas di pasaran turun hingga 40%. Pada tahun 2008, harga emas yang sebelumnya US$1.800 per ons turun signifikan menjadi US$1.050.

Namun penurunan harga emas tidak berlangsung lama. Sejak tahun 2013 hingga 2020, harga emas tetap stabil dan berkisar antara US$1.100 hingga US$1.400 per ounce.

6. Masa Pandemi Covid 19 Saat Ini

Harga emas kembali naik pada tahun 2021 seiring dunia sedang dilanda pandemi Covid-19. Pada tahun 2021, harga emas naik tajam hingga US$ 1.985 per ounce.

Ketidakpastian perekonomian akibat terbatasnya lapangan kerja memaksa investor kembali memilih emas sebagai aset safe haven terhadap risiko inflasi atau resesi. Namun, harga emas telah stabil sejak tahun 2023 seiring pulihnya perekonomian global dari pandemi.

Mengingat sejarahnya, secara umum kenaikan harga emas dari waktu ke waktu mempengaruhi tingkat inflasi, kebijakan moneter bank sentral dan permintaan emas. Namun, sebagai media perdagangan, emas bisa diandalkan meski kondisi perekonomian global sedang bergejolak.

Sebab, bisa ditegaskan, penjualan emas menjadi penyelamat bagi investor saat harga logam mulia anjlok. Memegang emas sebagai aset berharga dapat memberikan keamanan finansial dalam situasi yang tidak pasti.

(baik buruk)

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Jokowi Perintahkan Rosan Aktif Gaet Investor Asing Masuk ke IKN

6 November 2024 - 06:14

Warga Serbu Transmart Full Day Sale, Borong Kebutuhan Harian

4 November 2024 - 23:14

Tarif Hotel di Kawasan IKN Melonjak Rp200 Ribu Jelang HUT RI

3 November 2024 - 16:14

Trending di Ekonomi