Menu

Mode Gelap

Ekonomi · 8 Jul 2024

Yongki Komaladi Ramal Merek Lain Bakal Tutup Pabrik Susul Sepatu Bata


					Yongki Komaladi Ramal Merek Lain Bakal Tutup Pabrik Susul Sepatu Bata Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Yongki Komaladi, pemilik merek sepatu lokal Yongki Komaladi, memperkirakan merek lain di industri sepatu juga akan menutup pabrik menyusul Bata Shoes.

Menurut dia, hal ini dikarenakan banyak UMKM yang mengeluh “tidak bisa” menjalankan usahanya.

“Iya (kemungkinan ada pabrikan yang tutup pabriknya). Saya kira begitu. Karena banyak yang pakai tenaga kerja UKM, mereka bilang: ‘Saya tidak bisa, karena tenaga kerja akan berkurang, ‘” ujarnya dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Rabu (15/5).

“Mereka sendiri kesulitan menjalankan kiprahnya sebagai UKM karena tidak mudah di daerah anda,” lanjutnya.

Ia mencontohkan, banyak UMKM yang ingin memberi merek pada produknya, namun kalah dengan merek luar negeri. Yongki pun heran mengapa produk lokal seperti ini tidak mudah masuk supermarket atau department store.

“Saya lihat mall hanya memberi ruang untuk produk-produk ternama, sedangkan UMKM juga banyak pekerjaan yang harus ditunjangnya. Jadi kita harus memikirkan prosesnya selama ada produksi. Di dalam rumah harus dicintai dan dipromosikan. sebelum negara lain,” tambahnya lebih lanjut.

Bukan tanpa alasan, hal ini karena ia melihat sendiri masih banyak merek lokal yang masih belum terkenal, yang pada akhirnya tidak bisa melanjutkan produksi karena tidak banyak mendapat dukungan.

“Jangan hanya menunggu bola, harus merebut bola. Ubah sikap mereka sehari-hari. Mereka harus ada pertemuan yang bisa membentuk kepribadiannya untuk perubahan dan masa-masa sulit dan tidak bisa diterima agar semua ikut serta,” ujarnya.

Yongki juga mengatakan permasalahan industri sepatu tidak hanya terbatas pada Sepatu Bata saja. Menurutnya, beberapa UMKM di industri ini juga menghadapi banyak tantangan.

Topiknya mulai dari bahan mentah yang diimpor dalam jumlah besar, hingga masalah ketenagakerjaan dan kebijakan pemerintah.

“Menurut saya, bahan baku termasuk yang paling sulit didapat jika diproduksi di dalam negeri. Sekitar 90 persen merupakan produk impor, sebagian besar dari China,” kata Yongki.

“Tapi soal Bata, setahu saya Bata juga membeli produk di semua negara tempat mereka memiliki asosiasi, mulai dari Malaysia, India, Singapura, mereka berbagi cerita dan bisa membeli produk di luar negeri,” lanjutnya terlebih dahulu.

Menurut dia, perlu juga dilihat dari sisi pekerjanya, apakah pekerja di negara tersebut mempunyai keterampilan yang cukup dibandingkan negara lain.

“Dan bagaimana dengan kebijakan yang juga perlu diperhatikan karena saat ini produknya rata-rata bisa dikatakan 70 persen diekspor, berapa banyak tenaga kerja terampilnya, apakah mereka ahli seperti di negara lain. memikirkan proses dan semuanya,” jelas Yongki.

Ia menekankan pentingnya berpikir bersama tentang cara mengatasi tren penutupan pabrik yang meluas ini. Bukan sekedar melihat sebab akibat, tapi memikirkan bagaimana cara mengatasinya agar kejadian yang sama tidak terulang kembali pada UMKM.

(del/pta)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Bos Bappenas Sebut Menu Makan Gratis Bisa Dibawa Pulang

20 September 2024 - 20:16

Kode Pamitan Sri Mulyani: I’m Gone

20 September 2024 - 14:14

Rupiah Tertekan ke Rp16.228 Pagi Ini Imbas Kondisi Politik AS

20 September 2024 - 04:15

Trending di Ekonomi