Jakarta, jurnalpijar.com —
Rimpang, aku mau duluan ya. Rooting dulu sama bapaknya.
Saya tidak menginginkannya!
Belum sempat Rima (36) melangkahkan kaki untuk membukakan pintu, Rimbang (6), putra semata wayangnya, menangis tersedu-sedu. Rimpang berlari mengejarnya, tidak ingin berduaan dengan ayahnya.
“Anak saya tidak mau berduaan dengan ayahnya,” kata Rima kepada CNNIndonesia.com belum lama ini.
Ini bukan pertama kalinya Rimpang menangis dan menangis karena ibunya ingin meninggalkannya. Berkali-kali.
Rimpang tidak bisa hidup tanpa induknya. Apapun itu, yang penting harus seorang ibu. Punya ayah boleh saja, tapi harus ada ibu. Jika hanya seorang ayah, Rhizome tidak akan menginginkannya.
Ini adalah betapa sedikitnya Rimpang yang hidup setiap hari. Jadi Rima tidak bisa kemana-mana.
Sejak kecil, rimpang tumbuh tanpa ayah. Pekerjaannya mengharuskan ayahnya berada di luar kota pada hari kerja. Prakteknya, Rhizome dan ayahnya hanya berinteraksi di akhir pekan. Sekalipun sang ayah tidak mempunyai rencana bisnis ke luar kota.
Sejak ia masih bayi, yang dilihat Rhizome hanyalah wajah ibunya, Rimu. Mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur.
“Bapaknya waktu itu sibuk banget. Ya mau ngapain, namanya juga kerja,” kata Rima.
Namun Rima tak menyangka ketidakhadiran ayahnya dalam kehidupan Rimpang akan membuat keadaannya seperti sekarang. Rimpang tidak ingin sendirian bersama ayahnya. Jika terjadi sesuatu, Rimpang selalu mengadu kepada ibunya.
“Sebenarnya Rimpang itu laki-laki. Lebih baik dia main dan ketemu bapaknya. Tapi sayang, susah,” keluh Rima.
Rimpang tidak umum di hadapan ayah. Ajakan Ayah untuk bermain terasa aneh. Bahkan, sang ayah rela rela membeli berbagai mobil agar bisa bermain bersama. Namun, Rhizome tampaknya tidak begitu tertarik.
Sang ayah tampak seperti sosok asing bagi Rimpang.
Betapa tidak, tiga tahun pertama kehidupan Rimpang tidak dibarengi dengan kehadiran sang ayah yang selalu berada di sisinya. Jangankan secara emosi, secara fisik ayah saya tidak ada di Rimpang.
Setahun terakhir mereka berkumpul lagi di kota yang sama. Namun, upaya ayahnya untuk mengikatnya tidak membuahkan hasil yang cerah. Rimpang masih enggan bertemu ayahnya.
“Sampai saat ini keadaannya masih sama. Yah, walaupun agak membaik sebenarnya. Kalau ketemu teman-teman, di tempat yang sama, dia [Rimpang] mau main sama bapaknya,” kata Rima.
Rima sendiri khawatir kondisinya akan terus seperti ini hingga Rimbang beranjak remaja. Permasalahannya, menurut dia, bukan hanya ibu yang bertengkar dalam kehidupan pribadi anak, tapi juga ayah. Terlebih lagi, saat ini masyarakat juga sedang penuh dengan permasalahan fatherless, dimana anak-anak tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah.
“Kalau dia sudah besar, misalnya [Rimpang] dekat dengan perempuan, lebih baik dia percaya pada ayahnya daripada ibunya. Ayahnya lebih berpengalaman,” kata Rima sambil tertawa.
Absennya sosok ayah tidak hanya berdampak pada kehidupan Rimbang, tapi juga Rima sebagai seorang ibu. Rima tidak punya ‘me time’.
“Nongkrong bareng teman cuma buang-buang waktu, nunggu [Rhizome] tidur saja,” kata Rima.
Sikap Rimbang yang selalu dekat dengannya dan menolak berduaan dengan ayahnya membuat Rima tidak bisa kemana-mana. Sekalipun Anda berkumpul dengan teman-teman dari geng yang sama, Anda harus membawa suami dan anak-anak.
“Setiap ketemu aku selalu ‘hore’. Nggak bisa, aku hanya menghabiskan waktu berkualitas dengan teman dekat,” kata Rima.
Rima juga belum bisa kembali aktif beraktivitas atau bekerja. Padahal, Rima dulunya adalah seorang pekerja aktif yang sibuk kesana kemari.
Jauh di lubuk hatinya, Rima sangat ingin bisa kembali bekerja seperti teman-temannya.
Kesempatan untuk kembali bekerja memang nyata. Pasalnya, suaminya kini bisa bekerja dari rumah dan harus bisa bergantian merawat Rimpang.
Namun sayang, sikap Rimbang yang menolak berduaan dengan ayahnya membuat Rima enggan mengejar keinginannya untuk kembali bekerja.
“Saya nggak bisa berbuat apa-apa lagi, itu saja. Saya benar-benar harus menunggu sampai [Rimpang] besar, bersenang-senang dengan teman-temannya, baru dia bisa melakukan hal lain,” kata Rima.
Tapi Rima tidak peduli. Toh fokus utamanya kini hanya Rimpang saja, sembari terus berusaha membantu sang ayah menjalin ikatan dengan putra semata wayangnya. (ashar/asar)
Tinggalkan Balasan