Jakarta, jurnalpijar.com —
Kakek Nabi Muhammad SAW bernama Abdul Muthalib. Beliau merupakan tokoh penting dalam sejarah Islam, juga dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW.
Di bawah ini adalah cerita pendek tentang Abdul Muthalib dari berbagai sumber.
Siapa Abdul Muthalib?
Abdul Muthalib lahir pada tahun 479 M, menurut M. Qurraysh Shihab Membaca Nabi Muhammad SAW (2018).
Nama aslinya adalah Syaiba (atau Syaibatul Hamd) anak Hasyim bin Abdul Manaf dan Salma binti Amr dari suku Bani Najjar.
Abdul Muthalib lahir di Yatsrib (sekarang Madinah) dan dibawa ke Makkah oleh pamannya, Muttalib bin Abdul Manaf.
Penduduk Mekkah mengira dia adalah budak Muttalib karena pakaiannya yang sederhana, dan memanggilnya “Abdul Muttalib”, yang berarti “budak Muttalib”. Itulah sebabnya nama Abdul Muthalib masih dikaitkan dengannya.
Abd al-Muttalib memiliki sepuluh orang putra: al-Horits, al-Zubayr, Hajl, Zirar, al-Muqawwim, Abu Lahab, al-Abbas, Hamzah, Abu Thalib, dan terakhir Abdullah, o yang paling dicintai selain ayahnya Muhammad. gergaji.
Semasa hidup Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib merupakan seorang kakek yang sangat dekat dan penuh kasih sayang kepada cucu-cucunya. Ketika ayah Nabi Muhammad meninggal sebelum Nabi lahir, Abdul Muthalib mengemban tanggung jawab besar untuk merawat cucunya.
Tak lama setelah ayah Nabi Muhammad SAW wafat, ibu Nabi Muhammad SAW, Amina, juga meninggal dunia saat Nabi Muhammad SAW masih kecil.
Sejak saat itu, Abdul Muthalib tidak pernah mengabaikan perhatian dan cintanya kepada Muhammad Jr., Muhammad memandangnya dengan penuh cinta hingga ia dewasa.
Peran Abdul Muthalib di Makkah
Kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib, dikenal sebagai pemimpin suku Quraisy yang disegani. Ia ikut serta dalam beberapa peristiwa besar Islam, salah satunya ketika pasukan gajah Yaman pimpinan Abraha berusaha menyerang Ka’bah.
Dalam kejadian tersebut, Abdul Muthalib menunjukkan tekadnya. Dihadapan Abrahah beliau bersabda dengan penuh keyakinan bahwa Allahlah yang menjaga dan menjaga Ka’bah.
Ia pun meminta agar unta-unta yang ditangkap pasukan Abrahah dikembalikan dan kemudian disembelih sebagai kurban di Ka’bah.
Dia berdiri di depan pintu Ka’bah dan berdoa:
“Ya Tuhanku, aku tidak ingin menghadapi mereka – kecuali Engkau. Tuhanku, lindungi mereka. Sesungguhnya musuh Ka’bah adalah musuhMu. Maka lindungilah mereka agar tidak merusak tanahMu.”
Sadar bahwa prajuritnya tidak mampu melawan Abrahah, Abdul Muthalib menyarankan masyarakat Makkah untuk mengungsi ke bukit yang tinggi.
Karena keimanannya, pertolongan Allah SWT, QS, berhasil mengalahkan pasukan Abrahah dengan mengirimkan burung abadi Ababil kepada Al-Fil.
“(Allah) mengirimkan kepada mereka burung Ababil yang melemparkan batu ke sijjil, dan menjadikannya seperti daun yang bisa dimakan.”
Peristiwa ini dinamakan Tahun Gajah, tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya nama Abdul Muthalib tercatat dalam sejarah sebagai orang yang menemukan kembali sumur Zamzam. Sumur ini sebelumnya ditutup dan jejaknya belum hilang.
Namun Abdul Muthalib dibimbing dalam mimpi untuk menggali di suatu tempat tertentu. Setelah berdiskusi dan menanyakan pendapat istrinya, Abdulmuttalib akhirnya menggali tempat yang dilihatnya dalam mimpinya.
Dia mengambil bajak dan pergi ke tempat yang ditunjukkan dalam mimpinya bersama putranya Horithi. Tak lama kemudian, ia menemukan sumur Zamzam yang masih menjadi sumber air suci bagi umat Islam.
Penemuan ini membawa dampak besar bagi Abd al-Muttalib dan membuat namanya semakin terkenal di kalangan suku Quraisy.
Kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib, dihormati tidak hanya oleh keluarganya, tetapi juga oleh seluruh suku Quraisy.
Karakter dan nilai-nilai yang diwarisi dari Abdul Muthalib membentuk kepribadian Nabi kita Muhammad SAW dan membantunya dalam perjalanannya menuju Islam. (Nyonya/Fef)
Tinggalkan Balasan