Menu

Mode Gelap

Internasional · 20 Jun 2024

Sejarah Tinja dalam Perang


					Sejarah Tinja dalam Perang Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Korea Utara baru-baru ini menjadi berita utama setelah menyerang Korea Selatan dengan lebih dari 200 balon berisi kotoran.

Ratusan balon berisi sampah telah melintasi perbatasan kedua negara dan mendarat di berbagai wilayah Korea Selatan sejak Selasa malam (28/5), lapor kantor berita Korea Selatan Yonhap.

Kotoran atau feses akibat pencemaran hewan hidup memang sudah berkali-kali digunakan sebagai salah satu cara berperang.

Lantas, bagaimana sejarah pemanfaatan feses sebagai senjata perang?

Kotoran sudah ada sejak abad kelima SM. digunakan sebagai senjata perang.

Menurut Guardian, kerajaan Scythian di sekitar Laut Hitam pernah menggunakan campuran kotoran sebagai senjata perang.

Mereka menggunakan kotorannya sebagai pelapis anak panah yang berfungsi sebagai racun. Jika lawan terkena racun ini, dapat menyebabkan infeksi dan gangren atau kelumpuhan saraf tubuh.

Cara serupa juga digunakan oleh tentara Vietnam selama perang.

Tentara Viet Cong konon memasang jebakan untuk musuh yang sering kali berlumuran kotoran. Perangkap kemudian disembunyikan di lubang yang mungkin bisa dilewati musuh.

Jebakan bernama tongkat punji dapat menimbulkan luka infeksi serius pada musuh yang tergores.

Kotoran sebagai alat protes

Kasus lain pada tahun 2013 terjadi demonstrasi di Afrika Selatan dengan bantuan feses.

Menurut Irish Times, kotoran tersebut digunakan sebagai sarana protes mahasiswa terhadap keputusan pemerintah setempat.

Saat itu pemerintah daerah Afrika Selatan dinilai belum berbuat cukup untuk menyediakan sanitasi yang memadai di berbagai wilayah.

Akibatnya, banyak mahasiswa yang melemparkan barang berbeda ke Universitas Cape Town. Aksi tersebut dipimpin oleh Chumani Maxwell dan 12 orang lainnya yang melemparkan kotoran ke patung Rhodes.

Tindakan membuang kotoran pada patung tersebut merupakan tanda penyitaan tanah dan mineral oleh Rhodes pada awal abad ke-20. Ia pun meminta agar patung yang dianggap sebagai simbol kolonialisme kulit putih itu dicopot.

Kotoran telah lama digunakan sebagai metode peperangan di berbagai belahan dunia.

Peluncuran balon Korea Utara merupakan tindakan yang berbahaya bagi lingkungan sekitar. Hal ini meningkatkan ketegangan antara Korea Utara dan Selatan. (val/bac)

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Bom-bom Israel ke Gaza Mengalahkan Kebrutalan Perang Dunia 2

20 September 2024 - 08:14

Tabrakan Kereta di Ceko Tewaskan 4 Orang

20 September 2024 - 07:15

81 Warga Nigeria Tewas dalam Serangan Teroris Boko Haram

20 September 2024 - 05:15

Trending di Internasional