Jakarta, jurnalpijar.com —
Seorang muslim hendaknya memahami tujuan Idul Adha. Oleh karena itu, momen istimewa ini sebaiknya dinikmati bukan sebagai tradisi atau sekadar perayaan, melainkan sebagai sarana pendalaman keimanan.
Idul Adha disebut juga dengan Hari Raya Haji karena bertepatan dengan ibadah haji ke kota suci Mekkah. Untuk memahami makna hari raya tersebut, berikut penjelasan singkatnya dari berbagai sumber.
Apa itu pengorbanan?
Mengutip Kitab Hikmah Khatib dan Khutbah Jumat Idul Adha karya Arif Yosodipuro, secara harafiah dikenal dengan Hari Raya Haji, Hari Raya Kurban, Haji Lebaran atau Idul Adha. Peristiwa ini jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah setiap tahunnya pada penanggalan Hijriah.
Bagi umat Islam, merayakan Sunnah adalah dengan berkurban, atau bhakti udhiya, atau menyembelih hewan. Tindakan ini disebut pengorbanan karena mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu.
Kata Qurban (kurban) merupakan kata benda yang berasal dari kata isim masdar yaitu karuba yang artinya mendekat.
Sederhananya, seseorang harus rela mengorbankan harta bendanya demi mendekatkan diri atau berserah diri kepada Allah SWT.
Pengorbanan ini dilakukan dengan cara menyembelih hewan udhya atau hewan kurban. Misalnya kambing, sapi, unta, dan lain-lain.
Hewan tersebut juga harus memenuhi empat syarat, yakni tidak sakit mata, tidak pincang, dan tidak kurus.
Bagi umat Islam, setidaknya ada beberapa tujuan merayakan Idul Adha. Tujuan ini mempunyai dimensi ilahi dan kemanusiaan. Berikut ini adalah tujuan Kurman Hajid 1. Mengingat kisah pengorbanan
Perintah berkurban pertama kali diturunkan kepada Nabi Ibrahim sebagai ujian ketakwaan dan ketaqwaannya kepada Allah.
Suatu ketika Nabi Ibrahim memerintahkan untuk membunuh putra kesayangannya Ismail dalam mimpi. Nabi Ibrahim memutuskan untuk mengikuti perintah ini meskipun sulit.
Anak laki-laki itu pun setuju untuk mengorbankan dirinya sebagai seorang mukmin yang teguh. Namun ketika pisau mulai menusuk, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba jantan.
Peristiwa inilah yang menjadi dasar pelaksanaan kurban hingga saat ini, yaitu sebagai pengingat akan ketundukan dan keikhlasan hamba kepada Allah. Perayaan berakhirnya ibadah haji
Tujuan libur Idul Adha berikutnya adalah untuk menandai berakhirnya ibadah haji tahun ini.
Menurut kutipan NU Online, Idul Adha awalnya dirayakan oleh umat Islam yang telah menunaikan ibadah haji. Pada sore hari ini, disunnahkan bagi jamaah haji untuk membagikan daging kurban kepada orang miskin, seperti Nabi kita.
Umat Islam yang hendak menunaikan ibadah haji wajib menunaikan Wukuf di Arafat pada tanggal 9 Dzulhijjah. Dan Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. Oleh karena itu, Idul Adha bisa dikatakan menjadi akhir dari rangkaian ibadah haji tahun ini. Kembangkan sifat murah hati
Pada saat Idul Adha, umat Islam yang mampu secara ekonomi diperintahkan untuk berkurban seperti kambing, domba, atau sapi.
Daging korban yang disembelih biasanya dibagikan kepada fakir miskin, tetangga dan orang sekitar.
Pembagian ini merupakan salah satu makna utama Idul Adha, yaitu menumbuhkan sifat dermawan dan kemauan untuk memberi manfaat bagi sesama.
Umat Islam kemudian diingatkan untuk selalu mensyukuri kebaikan dan kesehatannya dengan cara membaginya kepada orang-orang disekitarnya.
Disebutkan dalam surat Haji ayat 28.
Arab-Latin: liyasi-hadu manafia lahum wa yadzkurussmallahi fi ayyamim malumatin ‘ala ma razakahum mim bahimatil-an’am, fa kulu min-ha wa atimul-ba’isal-fakir
Artinya: (Mereka) datang untuk menyaksikan berbagai anugerah bagi mereka dan menyebut nama Allah pada hari-hari tertentu agar mereka mendapat rezeki seperti hewan ternak. Makanlah sebagiannya dan sebagian lagi berikan kepada orang miskin.
4. Mengurangi kesenjangan sosial
Ibadah kurban merupakan salah satu upaya untuk mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat. Sebab, daging merupakan makanan “mewah” yang jarang disantap oleh keluarga miskin.
Dengan mengambil daging kurban, mereka bisa menikmati makanan yang sulit dicicipi setiap harinya. Mempererat persatuan dan kerukunan
Idul Adha melibatkan banyak kegiatan gotong royong, mulai dari penyembelihan hingga pembagian daging kurban. Bisa menjadi sarana mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi antar saudara muslim.
Hal ini menjelaskan tujuan merayakan Al-Qur’an bagi umat Islam. Kami berharap hal ini dapat dijadikan sebagai motivasi untuk ikhlas melakukan pengorbanan. (khan/wilayah)
Tinggalkan Balasan