Menu

Mode Gelap

LifeStyle · 18 Jul 2024

Wisata Ubud dan Sa Pa, Memandang Padi Tak Hanya sebagai Makanan Pokok


					Wisata Ubud dan Sa Pa, Memandang Padi Tak Hanya sebagai Makanan Pokok Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Di antara persawahan yang terbentang dari Ubud, Bali hingga Sa Pa, Vietnam, banyak cerita tentang petani yang memandang beras tidak hanya sebagai makanan pokok, namun juga sebagai pintu gerbang menuju peluang ekonomi yang lebih luas.

Di Indonesia dan Vietnam, beras lebih dari sekedar makanan, namun juga merupakan warisan budaya, pariwisata dan keberlanjutan.

Tak hanya sebagai tempat bercocok tanam, persawahan Bali juga menjadi daya tarik wisata. Khususnya di wilayah Ubud dan Tabanan, para petani mencari cara inovatif untuk mempromosikan hasil panen mereka.

Kafe ini menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan dengan pemandangan persawahan yang indah dan aktivitas seperti ayunan tali raksasa.

Selama perjalanan ke utara dari Ubud, yang dikenal sebagai tujuan populer jutaan wisatawan setiap tahunnya, terdapat banyak tanda ‘parkir gratis untuk sawah’ yang menandai tempat-tempat wisata di sepanjang jalan.

Memang benar, pariwisata telah menciptakan pasar khusus bagi pemilik tanah dan orang lanjut usia yang bekerja di pertanian.

Mereka berharap mendapat keuntungan dari wisatawan dengan menjual minuman ringan, mengizinkan pengunjung mengambil foto dengan mengenakan topi jerami tradisional, dan menawarkan aktivitas menantang seperti ziplining.

Namun, di balik pesona ini terdapat kritik bahwa pengalaman tersebut terasa artifisial, karena interaksi dengan kehidupan lokal terbatas.

Tak jauh dari Vietnam yang menawarkan pengalaman lebih autentik dan menyatu dengan alam. Di Ha Giang dan Sa Pa, wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan kelompok etnis minoritas dan menjelajahi desa-desa terpencil.

Seperti dilansir VN Express, homestay lokal di Ha Giang dan Sa Pa menawarkan kesempatan untuk merasakan kehidupan sehari-hari penduduk setempat tanpa harus menjadi turis.

Budidaya padi telah menjadi lebih dari sekedar kegiatan ekonomi, namun juga merupakan pengalaman budaya yang mendalam.

Di satu sisi, terdapat kekhawatiran bahwa pariwisata dapat mengikis integritas dan mengganggu kehidupan lokal. Di sisi lain, pariwisata memberikan peluang ekonomi baru bagi petani dan masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. (anm/wiw)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Turunkan BB 12 Kg, Ini Menu Makan Sehari-hari Prilly Latuconsina

20 September 2024 - 11:16

Heboh Daftar Makeup Mengandung Karsinogen, Ini Kata BPOM

20 September 2024 - 10:14

20 Kota Termahal di Dunia 2024, Ada dari Negara Tetangga Indonesia

20 September 2024 - 01:17

Trending di LifeStyle