Jakarta, jurnalpijar.com —
Observatorium Atacama Universitas Tokyo (TAO) telah resmi dibuka di puncak Pegunungan Andes Chili. Ini menjadikannya titik tertinggi di dunia dengan ketinggian 5.640 meter di atas permukaan laut.
Ketinggian bangunan ini bahkan melampaui Atacama Large Millimeter Array yaitu 5.050 meter.
Dalam sebuah pernyataan, Universitas Tokyo mengatakan observatorium tersebut selesai setelah proses perencanaan dan konstruksi selama 26 tahun.
“TAO akhirnya dibuka setelah 26 tahun perencanaan dan konstruksi. Observatorium ini secara resmi merupakan yang tertinggi di dunia dan telah dianugerahi Guinness World Record sebagai pengakuan atas fakta ini,” demikian pernyataan pejabat Universitas Tokyo. Website, Rabu (1/5).
Profesor Takashi Miyata, direktur Observatorium Atacama Pusat Astronomi dan manajer konstruksi observatorium tersebut, mengatakan bahwa pada ketinggian ini TAO akan menjadi satu-satunya teleskop berbasis darat di Bumi yang dapat melihat dengan jelas panjang gelombang inframerah tengah.
Menurutnya, bagian spektrum tersebut sangat baik untuk mempelajari lingkungan sekitar bintang, tempat terbentuknya planet.
Selain itu, karena TAO dioperasikan oleh Universitas Tokyo, para astronom akan memiliki akses tak terbatas untuk waktu yang lama, yang sangat penting bagi banyak jenis penelitian astronomi yang mengkaji variabel-variabel yang tidak mungkin diamati. “Itu terbuat dari teleskop sederhana,” kata Miyata.
“Saya telah terlibat dengan TAO selama lebih dari 20 tahun; sebagai astronom, saya sangat senang dan pekerjaan sebenarnya yaitu observasi akan segera dimulai,” tambahnya.
TAO menggunakan teleskop cahaya inframerah sepanjang 6,5 meter yang berisi dua instrumen ilmiah yang dirancang untuk mengamati alam semesta dalam inframerah, yaitu radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari gelombang mikro.
Perangkat pertama disebut SWIMS. Instrumen tersebut akan menggambarkan galaksi-galaksi di alam semesta awal untuk memahami bagaimana galaksi-galaksi ini berevolusi dari debu dan gas murni.
Saat ini, perangkat kedua adalah MIZUKU. Mengutip ruang angkasa, alat ini akan melayani tujuan ilmiah umum dengan mempelajari piringan berdebu kuno tempat terbentuknya bintang dan galaksi.
Meskipun pembangunan observatorium telah dibahas selama 26 tahun terakhir, pekerjaan konstruksi dimulai pada tahun 2006 ketika jalan akses pertama menuju puncak Gunung Chajanantar diaspal dan dipasang pemantau cuaca. (Grup/DMI)
Tinggalkan Balasan