Menu

Mode Gelap

Ekonomi · 30 Agu 2024

Manajemen Sepatu Bata Blak-blakan soal Nasib Pabrik di Purwakarta


					Manajemen Sepatu Bata Blak-blakan soal Nasib Pabrik di Purwakarta Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Sekretaris Jenderal PT Sepatu Bata Tbk Hatta Tutuko bercerita tentang nasib pabrik sepatu di Purwakarta, Jawa Barat, setelah ditutup pada 30 April.

Hatta menjelaskan, pihaknya tidak membutuhkan perusahaan di Purwakarta dalam jangka menengah. Oleh karena itu, manajemen sedang mencari perusahaan lain yang dapat memanfaatkannya.

“Bataga tidak membutuhkan gedung sebesar ini untuk jangka menengah dan kami sedang mencari perusahaan lain yang bisa memanfaatkannya,” jelas Hatta, Rabu (15/5), seperti dilansir detikfinance.

Hatta menjelaskan, pabrik Bata di Purwakarta didirikan pada tahun 1990-an dan mengelola Sepatu Bata. Bata saat itu masuk ke Indonesia sejak zaman Hindia Belanda, khususnya tahun 1931.

Saat itu, Bata Shoes NV bermitra dengan Dutchch-Indisch sebagai importir sepatu kerja di Tanjung Priok.

“Pabrik Purwakarta dimulai pada tahun 90-an, tahun yang berbeda bagi Bata dan Indonesia. Setelah itu, Bata harus membuat produk sendiri dan melakukan logistik sendiri,” ujarnya.

Hatta mengatakan Indonesia saat ini memiliki industri perangkat keras yang kuat dan eksportir alas kaki yang besar. Itu sebabnya sepatu Bata tidak membutuhkan perusahaan ini.

“Indonesia saat ini memiliki industri logistik yang kuat dan merupakan eksportir utama sepatu,” kata Hatta.

Sebelumnya, penutupan pabrik sepatu Bata di Purwakarta berdampak pada sekitar 233 pekerja. Mereka hanya mendapat satu kompensasi, seperti disampaikan Menteri Pendistribusian Umum (PMTK).

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Imigrasi Purwakarta, Kabupaten Purwakarta, Didi Garnadi mengatakan, pihaknya mendapat informasi dari manajemen pihaknya mengenai kondisi Sepatu Bata yang mengalami penurunan penjualan. Sebelum menutup pabrik, manajemen mengumumkan rencana penghentian produksi.

Hatta mengatakan penghentian sementara produksi dan penutupan pabrik di Purwakarta disebabkan hilangnya bisnis akibat menurunnya permintaan.

Menurutnya, berbagai upaya telah dilakukan Bata dalam empat tahun terakhir untuk mengatasi kerugian dan kesulitan akibat wabah Covid. Di sisi lain, perubahan perilaku konsumen yang cepat juga menjadi tantangan.

Namun, perusahaan tidak membeberkan berapa jumlah uang yang diterimanya. Hatta mengatakan, kapasitas produksi perseroan jauh lebih tinggi dibandingkan yang bisa ditopang dari pemasok lokal.

(del/pta)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Bos Bappenas Sebut Menu Makan Gratis Bisa Dibawa Pulang

20 September 2024 - 20:16

Kode Pamitan Sri Mulyani: I’m Gone

20 September 2024 - 14:14

Rupiah Tertekan ke Rp16.228 Pagi Ini Imbas Kondisi Politik AS

20 September 2024 - 04:15

Trending di Ekonomi