Menu

Mode Gelap

Teknologi · 3 Sep 2024

Mengenal 3 Jenis Satelit saat Ramai Kontroversi Starlink Masuk RI


					Mengenal 3 Jenis Satelit saat Ramai Kontroversi Starlink Masuk RI Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Sejak diluncurkan di Bali pada Minggu (19/5), penyedia internet satelit Starlink menuai kontroversi setelah resmi diluncurkan di Indonesia. Periksa jenis satelit berdasarkan orbitnya.

Layanan internet yang dioperasikan oleh perusahaan luar angkasa SpaceX diiklankan menyediakan akses cepat ke daerah tertinggal, terdepan, dan terpencil (3T).

Satelit ini merupakan jenis satelit LEO (Low Earth Orbit). Karena itu, Starlink melengkapi teknologi yang ada di Indonesia, kata Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Ari Sediyadi.

“Dinamakan LEO, satelit Starlink ini merupakan program pendamping,” kata Budi Arye dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR RI, Senin (6 September).

“Kalau cakupan lainnya harusnya dicakup oleh satelit LEO, padahal sekarang ada tiga teknologi di bidang telekomunikasi: satu nirkabel, dua fixed broadband, tiga satelit.”

Kendati demikian, catatan Starling menuai kritik dari banyak pihak, termasuk sejumlah anggota DPR, terutama terkait dugaan karpet merah investasi tersebut.

Saat ini terdapat tiga jenis utama status orbit satelit yang digunakan, yaitu Low Earth Orbit (LEO), Medium Earth Orbit (MEO), dan Geostationary Earth Orbit (GEO).

Berikut penjelasan website PT Satelit Telkom Indonesia (Telkomsat): Low Earth Orbit (LEO)

Orbit ini berada 500 hingga 1200 km di atas permukaan bumi. Karena LEO sangat dekat dengan permukaan bumi, ribuan satelit beroperasi di sana saat ini.

Satelit Kinerja Tinggi (HTS) di orbit LEO bertujuan untuk menyediakan konektivitas internet broadband kepada segmen perusahaan, usaha kecil dan menengah, serta pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sains dan pencitraan.

Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Ari Sediyadi, Indonesia telah menawarkan penggunaan satelit orbit rendah ini dengan total 13.400 lokasi.

“Amerika Serikat (AS) saat ini memiliki 300.000 slot untuk satelit LEO, jadi kami tidak ingin kehilangan itu dengan meminta 13.400 slot di orbit LEO.”

Hal ini dikarenakan periode LEO mengelilingi Bumi lebih cepat dibandingkan rotasi Bumi sehingga diperlukan lebih dari 1 satelit untuk terus melayani 1 lokasi di Bumi.

Namun LEO juga memiliki kelebihan yaitu waktu transmisi data yang lebih singkat karena posisinya yang lebih dekat dengan permukaan bumi (MEO).

MEO dikenal sebagai orbit untuk GPS dan satelit navigasi lainnya dan berkisar antara 5.000 hingga 20.000 km.

Jaringan HTS MEO baru-baru ini digunakan untuk menyediakan konektivitas data berlatensi rendah dan bandwidth tinggi kepada penyedia layanan, lembaga pemerintah, dan perusahaan komersial.

Satelit pada orbit MEO memiliki waktu transfer data yang relatif lebih lama dibandingkan satelit LEO, namun relatif lebih singkat dibandingkan satelit GEO. Satelit MEO memiliki periode orbit yang relatif lebih lambat dibandingkan satelit LEO.

Orbit Bumi Geostasioner (GEO)

Pada ketinggian 36.000 km, satelit di orbit GSO memiliki keuntungan besar karena berada di atas suatu titik di permukaan bumi.

Ratusan satelit Jio sekarang secara tradisional menyediakan data cuaca, siaran televisi, dan layanan data pita rendah.

Dalam beberapa tahun terakhir, kemampuan satelit Geo konvensional telah ditingkatkan secara signifikan dengan teknologi High Performance Satellite (HTS).

Salah satu kelebihan GEO adalah periode mengelilingi bumi sama dengan waktu rotasi bumi, sehingga 1 satelit cukup untuk melayani 1 tempat di bumi secara terus menerus, cukup 3 satelit dengan coverage global. Untuk melayani semua tempat di bumi.

Karena letaknya yang lebih jauh dari permukaan bumi, satelit GEO memiliki waktu transmisi yang lebih lama dibandingkan LEO dan MEO.

(rni/arh)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Teori Konspirasi Penembakan Trump Viral di X saat Musk Akui Dukungan

19 September 2024 - 04:14

Daftar Daerah Terancam Cuaca Ekstrem Saat Kemarau Mulai Menyapa

18 September 2024 - 21:15

Budi Arie Diskusikan Pengembangan Satelit LEO dengan Sekjen ITU

18 September 2024 - 08:15

Trending di Teknologi