Menu

Mode Gelap

Teknologi · 10 Sep 2024

Ahli Ungkap Manusia Sudah Tinggal di Raja Ampat 55 Ribu Tahun Lalu


					Ahli Ungkap Manusia Sudah Tinggal di Raja Ampat 55 Ribu Tahun Lalu Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa masyarakat telah tinggal di Raja Ampat (Papua) selama 55 ribu tahun.

Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Cambridge University Press memberikan bukti langsung bahwa para pelaut melakukan perjalanan melintasi garis khatulistiwa untuk mencapai pulau-pulau di lepas pantai Papua Barat 50.000 tahun yang lalu.

Studi lapangan arkeologi di Pulau Waigeo di Kepulauan Raja Ampat di Papua bagian barat ini merupakan kerjasama internasional pertama yang melibatkan akademisi dari Selandia Baru, Papua Barat, Indonesia dan negara lainnya.

Para peneliti memfokuskan penggalian mereka di Gua Mololo, sebuah ruangan batu kapur besar yang dikelilingi oleh hutan hujan tropis. Gua ini memanjang hingga kedalaman seratus meter dan memiliki koloni kelelawar, biawak, dan ular.

Dalam bahasa lokal Ambel, mololo berarti pertemuan sungai, dinamai berdasarkan turbulensi air dan pusaran besar di selat terdekat.

Penggalian di dalam gua menemukan artefak batu, tulang binatang, cangkang, dan lapisan beberapa pekerjaan manusia yang berhubungan dengan arang. Temuan ini diyakini merupakan sisa-sisa fisik yang ditinggalkan penghuni gua purba.

Temuan arkeologis jenis ini jarang ditemukan di lapisan terdalam. Namun, penanggalan radiokarbon dari Universitas Oxford dan Universitas Waikato menunjukkan bahwa temuan tersebut setidaknya berusia 55.000 tahun.

Oleh karena itu, manusia tinggal di Moolo 55 ribu tahun yang lalu.

Menurut LiveScience, temuan utama dari penggalian tersebut adalah artefak yang terbuat dari damar pohon yang dibuat pada saat itu. Ini adalah contoh resin paling awal yang digunakan oleh orang-orang di luar Afrika.

Penelitian telah menunjukkan bahwa manusia berevolusi untuk hidup di hutan hujan.

Analisis pemindaian mikroskop elektron mengungkapkan bahwa artefak itu dibuat dalam beberapa tahap.

Pertama, potong kulit pohon yang menghasilkan damar atau getah, teteskan ke batangnya, dan di sana mengeras. Resin yang mengeras kemudian dipecah menjadi suatu produk.

Fungsi artefak ini tidak diketahui, namun kemungkinan digunakan sebagai sumber bahan bakar untuk menyalakan api gua.

Lempengan serupa dikumpulkan di sekitar Papua Barat pada abad ke-20 dan digunakan untuk menyalakan api sebelum adanya gas dan listrik.

Selain resin, penelitian terhadap tulang hewan Mololo menunjukkan bahwa orang-orang pada periode ini berburu burung yang hidup di darat, hewan berkuku, dan mungkin megabat.

Meskipun Pulau Waigeo adalah rumah bagi hewan-hewan kecil yang sulit ditangkap, manusia telah beradaptasi untuk mengeksploitasi sumber daya hutan hujan selain makanan pesisir.

Ini adalah contoh penting dari kemampuan beradaptasi dan ketahanan manusia dalam keadaan sulit.

Penemuan tersebut mungkin merupakan bukti peradaban manusia tertua di dunia di antara gua-gua yang dilukis di Maros Pangkep, Sulawesi Selatan.

  (lengkungan/lengkungan)

Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Risau Ancaman Starlink, China Bakal Buat Konstelasi Satelit Tandingan

20 September 2024 - 15:15

Teori Konspirasi Penembakan Trump Viral di X saat Musk Akui Dukungan

19 September 2024 - 04:14

Daftar Daerah Terancam Cuaca Ekstrem Saat Kemarau Mulai Menyapa

18 September 2024 - 21:15

Trending di Teknologi