Menu

Mode Gelap

Teknologi

Pakar Ungkap Misteri Kemunculan Tsunami Setinggi 200 Meter

badge-check


					Pakar Ungkap Misteri Kemunculan Tsunami Setinggi 200 Meter Perbesar

Jakarta, CNN Indonesia —

Penelitian terbaru mengungkap misteri di balik kemunculan tsunami dahsyat di lepas pantai timur Greenland pada September 2023.

Megatsunami setinggi 200 meter ini dipicu oleh tanah longsor yang memasuki kawasan tak berpenghuni di Dixon Fjord. Untungnya kali ini tidak ada yang terluka.

Namun dampak yang ditimbulkan sangat dahsyat, salah satunya adalah hancurnya pangkalan militer.

Data baru yang dianalisis dan dikumpulkan dari monitor seismik menunjukkan bahwa tsunami menciptakan gelombang berdiri (seiche), yang terus menerjang maju mundur di fjord sempit selama seminggu.

Fenomena ini terekam dari sinyal yang menempuh jarak hingga 5.000 km (3.107 mil) di seluruh dunia.

Tim di balik penelitian baru dari pusat penelitian geosains Jerman GFZ dan Universitas Potsdam di Jerman mengatakan teknologi yang sangat sensitif ini merupakan bagian penting dalam pemantauan daerah terpencil seperti Greenland.

“Fakta bahwa sinyal gelombang panas dari roket yang meluncur di daerah terpencil di Greenland dapat dilihat di seluruh dunia dan selama lebih dari seminggu sangatlah menarik, dan sebagai ahli seismologi, sinyal ini sangat menarik bagi kami.” kata Angela Carrillo Pons, ahli geofisika di Pusat Penelitian Geosains Jerman, Science Alert melaporkan.

Studi ini dipublikasikan di Seismic Record.

Dengan menggunakan data dari satelit dan stasiun aktivitas seismik, yang mengukur gelombang kejut saat melintasi Bumi, para peneliti dapat mengidentifikasi tanah longsor berenergi tinggi yang memicu megatsunami Dixon Fjord, serta titik-titik setelahnya dalam beberapa hari terakhir.

Menurut peneliti, tsunami mencapai ketinggian sekitar 200 meter dari pantai di beberapa tempat dan mengirimkan air ke Pulau Ella yang berjarak lebih dari 50 km dari lokasi longsor.

Bukti adanya gelombang berdiri telah muncul melalui apa yang dikenal sebagai sinyal jangka panjang (LPL), yang mencatat dampak tanah longsor yang sedang berlangsung.

Setelah kejadian tersebut, laporan juga diposting di media sosial. Belum diketahui apa penyebab tanah longsor pertama kali, namun peneliti memiliki gambaran apa yang terjadi selanjutnya.

“Analisis sinyal seismik dapat memberi kita beberapa jawaban tentang proses yang terlibat dan bahkan dapat mengarah pada pemantauan yang lebih baik terhadap kejadian serupa di masa depan,” kata Carrillo Ponce.

“Jika kita tidak mempelajari fenomena ini secara seismik, kita tidak akan mengetahui tentang seiche yang terbentuk di sistem fjord.”

Ketika bumi memanas, pemantauan rinci terhadap wilayah seperti Greenland akan menjadi semakin penting: suhu yang lebih tinggi berarti berkurangnya stabilitas dan variabilitas gletser yang lebih besar, dan potensi tanah longsor seperti yang terjadi di sini.

Bahkan di wilayah terpencil di dunia seperti Greenland, peristiwa ini dan megatsunami berikutnya dapat menyebabkan korban jiwa.

Para peneliti berharap kemajuan teknologi akan memberikan gambaran yang lebih baik tentang di mana peristiwa-peristiwa ini mungkin terjadi di masa depan.

“Sangat mengesankan melihat bahwa kami dapat menggunakan data berkualitas baik dari stasiun-stasiun di Jerman, Alaska, dan Amerika Utara, dan bahwa catatannya kuat setidaknya selama seminggu,” kata Carrillo Ponce.

(menyodok/menyodok)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Gunung Bawah Laut Ditemukan di Chile, 4 Kali Tinggi Burj Khalifa

3 November 2024 - 07:15

BAKTI Jelaskan Strategi Lanjutan Optimalkan Pemanfaatan SATRIA-1

2 November 2024 - 18:14

Deret Fitur Keamanan Penumpang Gojek dan Grab, Cek Buat Jaga-jaga

2 November 2024 - 14:15

Trending di Teknologi