Jurnalpijar, Bontang – Tren meningkatnya obesitas dan diabetes kembali menjadi perhatian serius Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang. Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Nur Asma, menyampaikan bahwa kondisi tersebut kini semakin mengkhawatirkan, terutama karena banyak ditemukan pada kelompok remaja.
Ia menjelaskan bahwa pola hidup tidak aktif menjadi salah satu faktor utama yang mendorong peningkatan risiko penyakit tidak menular. Dalam berbagai pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, banyak remaja tercatat memiliki aktivitas fisik yang jauh dari cukup.

“Ini menunjukkan gaya hidup sedentari sudah sangat mengkhawatirkan,” ungkapnya pada seminar kesehatan bertema “Peran Olahraga dalam Pengendalian Obesitas dan Pencegahan Diabetes Melitus” di Pendopo Rumah Jabatan Wali Kota Bontang, Selasa (2/12/2025).
Selain kurangnya aktivitas fisik, meningkatnya kasus diabetes pada usia muda juga menjadi fokus pembahasan. Nur Asma menyebut bahwa kini semakin banyak remaja dan dewasa muda yang mengalami gejala maupun komplikasi diabetes. Bahkan, beberapa pasien di bawah usia 30 tahun sudah menjalani perawatan intensif seperti cuci darah, kondisi yang sebelumnya lebih banyak terjadi pada usia lanjut.
Ia menilai pola konsumsi remaja yang cenderung praktis dan tinggi gula menjadi pemicu utama meningkatnya risiko obesitas dan diabetes. Makanan cepat saji, minuman manis kekinian, hingga jajanan harian disebut mendominasi pola makan remaja saat ini.
“Kenyataannya, makanan kekinian saat ini sangat tinggi gula,” tegasnya.
Pada kesempatan itu, Nur Asma mengimbau remaja untuk mulai membatasi asupan gula, garam, dan lemak (GGL) sesuai anjuran Kementerian Kesehatan, yakni empat sendok makan gula per hari, satu sendok teh garam, dan lima sendok makan lemak. Penerapan batas konsumsi ini disebut penting untuk mencegah obesitas sejak dini.
“Kalau GGL dapat dikendalikan, risiko penyakitnya akan jauh berkurang,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya perubahan perilaku sebagai langkah utama pencegahan. Nur Asma berharap para siswa mulai lebih bijak memilih makanan, mengurangi konsumsi minuman manis seperti boba dan kopi susu, serta membiasakan diri melakukan aktivitas fisik.
“Apa yang dikonsumsi hari ini akan berpengaruh dua hingga tiga tahun ke depan,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa gaya hidup sehat tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi memerlukan dukungan lingkungan terdekat seperti sekolah dan keluarga. Guru, tenaga pendidik, dan orang tua dinilai memiliki peran penting dalam membentuk kebiasaan sehat sejak dini.
Pun dirinya mengajak seluruh sektor untuk meningkatkan kolaborasi dalam menekan tren penyakit tidak menular.
“Kesehatan tidak dapat berjalan sendiri tanpa kolaborasi lintas sektor. Dengan komitmen bersama, kita dapat mewujudkan masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan bebas dari beban penyakit tidak menular,” pungkasnya. (Ra)









