Menu

Mode Gelap

Teknologi · 25 Agu 2024

Erdogan Kutuk Fasisme Digital ala Meta di Kasus Palestina


					Erdogan Kutuk Fasisme Digital ala Meta di Kasus Palestina Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Meta, induk media sosial Instagram, WhatsApp, Facebook dan Thread, karena berusaha “membungkam suara rakyat Palestina”.

Sebelumnya, Turki memblokir akses ke Instagram pekan lalu setelah menghapus konten dari postingan yang terkait dengan Hamas dan Palestina menyusul pembunuhan Ismail Haniyeh.

Usai diblokir, Turki berbincang di Instagram pada Senin (5/8).

Turki juga mengutuk serangan Israel di Gaza, menyerukan gencatan senjata segera dan mengutuk apa yang mereka sebut sebagai dukungan tanpa syarat Barat terhadap Israel.

“Kita menghadapi fasisme digital yang tidak memiliki toleransi bahkan terhadap foto para syuhada Palestina dan langsung melarangnya,” kata Erdogan, mengacu pada pembunuhan Haniyeh dalam laporan Reuters.

“Mereka menggunakan segala cara untuk menyembunyikan kekejaman Israel dan membungkam suara rakyat Palestina. Perusahaan media sosial khususnya telah menjadi sangat militan,” lanjutnya dalam pidatonya di Ankara.

Dalam pertemuan dengan Instagram pekan lalu, Menteri Transportasi dan Infrastruktur Abdulkadir Uraloglu mengatakan dalam sebuah postingan di X bahwa timnya menyatakan keprihatinan tentang kepatuhan terhadap hukum Turki.

Dalam pembicaraan terakhir kedua belah pihak, Uraloglu mengaku belum mendapatkan hasil yang diharapkan, seperti dikutip NTV. Namun diskusi dengan petinggi Instagram akan terus berlanjut.

Bagi Israel dan sekutu Baratnya, Hamas adalah organisasi teroris. Sementara Turki yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan juga anggota NATO, berbeda.

Pada hari pembunuhan Haniyeh di Teheran pekan lalu, kepala komunikasi kepresidenan Turki, Fahrettin Altun, mengkritik Instagram karena mengklaim “penyensoran, murni dan sederhana” karena melarang postingan belasungkawa untuk pemimpin Hamas.

Iran dan Hamas mengaku bertanggung jawab atas serangan itu beberapa jam setelah Haniyeh menghadiri pelantikan presiden baru Iran. Namun Israel belum menerima tanggung jawab.

Menanggapi kerusuhan di Turki, Meta mengaku terus berupaya memulihkan layanannya.

“Akibat pemblokiran Instagram di Turki, jutaan orang kehilangan sarana sehari-hari untuk berhubungan dengan keluarga dan teman, dan bisnis tidak dapat lagi menjangkau pelanggan mereka dengan cara yang sama,” kata juru bicara Meta.

“Kami akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk memulihkan layanan kami,” imbuhnya seraya menambahkan dampak pemblokiran IG

Menurut data dari platform data Statista, Turki menempati peringkat kelima dunia dalam penggunaan Instagram dengan lebih dari 57 juta pengguna, setelah India, Amerika Serikat, Brasil, dan Indonesia.

Basak (34), warga sekitar yang menjalankan akun desain perhiasan buatan tangan dengan lebih dari 30.000 pengikut di Instagram, mengatakan blokade tersebut mengganggu bisnisnya.

“Beberapa klien saya menghubungi saya dengan mengakses Instagram melalui VPN dan platform media sosial lainnya, namun peluang saya untuk mendapatkan akses ke orang baru dan calon klien berkurang,” ujarnya.

Pemantau internet NetBlocks memperkirakan pembatasan akses Instagram merugikan perekonomian Turki sekitar US$11,5 juta (Rp 186,5 miliar) per hari.

Emre Ekmekci, wakil presiden asosiasi bisnis e-commerce Turki ETID, memperkirakan bisnis Turki memperoleh sekitar 900 juta lira (Rp 437,84 miliar) dari Instagram setiap hari.

“Kami berharap pertemuan ini membawa hasil positif dan para pihak menemukan solusinya. Ini bukan hanya persoalan politik, tapi juga berdampak komersial,” tegasnya.

(Reuters/RH)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Gunung Bawah Laut Ditemukan di Chile, 4 Kali Tinggi Burj Khalifa

3 November 2024 - 07:15

PODCAST: Budi Arie Blak-blakan soal Lima Bandar Judi Online

3 November 2024 - 03:16

Program Sanitasi Era Covid Asal Lampung Raih Penghargaan dari Jepang

3 November 2024 - 02:14

Trending di Teknologi