Jakarta, jurnalpijar.com —
Para peneliti telah mengetahui mengapa Venus sangat kering dan panas. Faktanya, planet tersebut diyakini memiliki jumlah air sebanyak Bumi saat ini.
Dengan menggunakan simulasi komputer, tim peneliti menemukan bahwa atom hidrogen di atmosfer planet terlempar ke luar angkasa melalui proses yang disebut “rekombinasi disipatif.”
Oleh karena itu, Venus kehilangan air dua kali lebih banyak setiap harinya.
Erin Kangy, salah satu peneliti utama di Laboratorium Fisika Atmosfer dan Luar Angkasa (LASP) di Universitas Colorado Boulder, Senin (6/5), seperti dikutip dari Science Daily.
“Kita perlu memahami kondisi yang mendukung keberadaan air cair di alam semesta, yang dapat menjelaskan keadaan Venus yang sangat kering saat ini,” lanjutnya.
Dalam studi tersebut, para peneliti juga menemukan bahwa molekul HCO+ (masing-masing satu atom hidrogen, karbon, dan oksigen) di atmosfer Venus bertanggung jawab atas keberadaan air di planet tersebut.
Miliaran tahun lalu, pada masa pembentukannya, Venus diperkirakan memiliki jumlah air sebanyak Bumi saat ini.
Karena proses penguapan ini, yang dikenal sebagai rekombinasi disosiatif, awan karbon dioksida (CO2) di atmosfer Venus menyebabkan efek rumah kaca paling kuat di Tata Surya.
Terakhir, pemanasan global di Venus menaikkan suhu permukaannya hingga 900 derajat Fahrenheit (sekitar 482 derajat Celcius).
“Venus memiliki air 100.000 kali lebih sedikit dibandingkan Bumi, meskipun pada dasarnya ukuran dan massanya sama,” kata Michael Chaffin, penulis studi lainnya.
Meski begitu, para peneliti sepakat bahwa penguapan masih belum menjelaskan mengapa Venus bisa kering seperti saat ini. Pasalnya, tidak ada jejak air di Venus.
“Sebagai aturan umum, misalkan Anda memasukkan air ke dalam botol. Masih ada beberapa tetes lagi,” kata Chaffin.
Molekul yang bertanggung jawab
Peneliti menduga fenomena tersebut disebabkan oleh molekul HCO+. Para peneliti telah menemukan bahwa molekul-molekul ini terdapat dalam jumlah besar di atmosfer Venus.
“Salah satu temuan mengejutkan dari penelitian ini adalah bahwa HCO+ sebenarnya adalah salah satu ion paling melimpah di atmosfer Venus,” kata Chaffin.
Di atmosfer Venus, air bercampur dengan karbon dioksida membentuk molekul HCO+, yang menyebabkan sebagian besar hilangnya air di Mars, jelasnya dan Kangy.
Molekul HCO+ ini bekerja dengan terus memproduksinya di atmosfer. Namun, ion-ion individual tidak bertahan lama. Akibatnya, elektron di atmosfer menemukan ion-ion tersebut dan bergabung untuk memecah ion menjadi dua.
Hal ini menyebabkan atom hidrogen saling menjauh dan lepas ke luar angkasa untuk ‘melepaskan’ unsur air di Venus.
Namun, belum ada teknologi yang mendeteksi jalur difusi HCO+ ke atmosfer Mars atau Venus, seperti yang dilaporkan oleh beberapa misi luar angkasa selama beberapa dekade terakhir.
(rni/arh)
Tinggalkan Balasan