Jakarta, jurnalpijar.com —
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan dampak buruk media sosial seperti TikTok, Facebook, Instagram, hingga X (sebelumnya Twitter) terhadap perkembangan otak remaja. Baca penjelasannya.
Studi tersebut menemukan hubungan yang jelas antara durasi tidur, penggunaan media sosial, dan penggunaan seluruh area otak yang merupakan kunci kendali eksekutif dan pemrosesan informasi.
Penelitian tersebut bertajuk “Interrelated Dynamics of Sleep Duration, Social Media Engagement, and Neural Responses to Reward in Adolescents,” dan diterbitkan dalam jurnal SLEEP 2024 pada 20 April.
Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara durasi tidur yang lebih pendek dan penggunaan media sosial yang lebih besar di kalangan remaja. Analisis mengungkapkan keterlibatan area di daerah limbik anterior otak, seperti girus frontal inferior dan tengah, dalam hubungan ini.
Gyrus frontal inferior, kunci untuk mengendalikan perilaku, mungkin memainkan peran penting dalam cara remaja mengatur keterlibatan mereka dengan rangsangan yang bermanfaat seperti media sosial. Sementara itu, girus frontal tengah, yang terlibat dalam fungsi eksekutif dan penting untuk menilai dan merespons manfaat, sangat penting untuk mengelola keputusan terkait keseimbangan manfaat langsung media sosial dengan prioritas lain seperti tidur.
Hasil ini menunjukkan interaksi yang berbeda-beda antara wilayah otak tertentu selama masa remaja dan pengaruhnya terhadap perilaku tidur dalam konteks penggunaan media sosial.
“Karena otak muda ini sedang mengalami perubahan signifikan, temuan kami menunjukkan bahwa kurang tidur dan tingginya keterlibatan di media sosial berpotensi mengubah sensitivitas saraf terhadap penghargaan,” kata Orsolya Kiss, peneliti di SRI International di Menlo Park, California, mengutip Science Daily . , Senin (3/6).
“Interaksi kompleks ini menunjukkan bahwa keterlibatan digital dan kualitas tidur secara signifikan mempengaruhi aktivitas otak, dengan implikasi yang jelas terhadap perkembangan otak remaja,” lanjutnya.
Penelitian ini melibatkan data 6.516 remaja usia 10-14 tahun dari Adolescent Brain Cognitive Development Study. Durasi tidur dinilai menggunakan Munich Chronotype Questionnaire, dan penggunaan media sosial untuk hiburan melalui Youth Screen Time Survey.
Aktivitas otak dianalisis dari pemindaian MRI fungsional selama tugas penundaan stimulus moneter yang menargetkan wilayah yang terkait dengan pemrosesan hadiah. Penelitian ini menggunakan tiga set model yang berbeda dan prediksi serta hasilnya berubah setiap saat.
Hasilnya disesuaikan dengan usia, waktu terjadinya pandemi Covid-19, dan karakteristik sosio-demografis.
Menurut Keys, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana dua aspek penting kehidupan remaja saat ini, penggunaan media sosial dan durasi tidur, berinteraksi dan memengaruhi perkembangan otak.
“Memahami area otak spesifik yang terlibat dalam interaksi ini akan membantu kita mengidentifikasi potensi risiko dan manfaat yang terkait dengan keterlibatan digital dan kebiasaan tidur,” kata Kiss.
“Pemahaman ini sangat penting karena dapat memandu pengembangan intervensi yang lebih tepat dan berbasis bukti untuk mendorong kebiasaan hidup sehat,” tambahnya.
American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan remaja usia 13 hingga 18 tahun untuk tidur teratur selama 8 hingga 10 jam. AASM juga menganjurkan remaja untuk mematikan semua perangkat elektronik setidaknya 30 menit hingga satu jam sebelum tidur.
(tim/dmi)
Tinggalkan Balasan