Jakarta, jurnalpijar.com —
Presiden Iran Ebrahim Raisi meninggal dunia pada usia 63 tahun setelah helikopter yang ditumpanginya jatuh pada Minggu (19/5) di salah satu provinsi Azerbaijan.
Helikopter tersebut jatuh setelah Raisi dan pejabat lainnya menghadiri peresmian pembatas perbatasan. Selain itu, bagaimana kisah Ebrahim Raisi semasa hidupnya?
Raisi lahir di sebuah desa kecil dekat Kota Suci Masyhad pada tahun 1960. Raisi telah lama disebut-sebut sebagai penerus Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei karena pandangannya yang ultra-konservatif dan garis keras.
Di masa mudanya, ia menjadi murid Khamenei sambil belajar di Kom.
Setelah Revolusi Islam tahun 1979, Raisi bergabung dengan penuntutan Masjed Soleym. Sejak itu, ia memimpin penuntutan di beberapa distrik.
Pada tahun 1983, ia menikah dengan Jamileh Alamolhoda, putri imam salat Jumat di Masyhad, Ahmad Alamolhoda. Mereka dikaruniai dua orang putri.
Raisi juga diketahui berasal dari kubu ultrakonservatif. Dia tidak mempercayai Amerika Serikat dan menganggapnya sebagai “peran Setan besar dalam pemerintahan”.
Raishi berkuasa pada tahun 2021, menggantikan Hassan Rouhani, yang memimpin Iran selama dua periode.
Pada masa kepemimpinannya, Iran berada dalam kekacauan. Pada tahun 2022, protes berbulan-bulan terjadi di negara Timur Tengah ini.
Warga Iran turun ke jalan memprotes kematian Masha Amini. Namun demonstrasi ini justru diwarnai dengan kekerasan dan penangkapan.
Sebelum meninggal, Amini ditangkap polisi moral Iran karena dicurigai tidak mengenakan jilbab.
Di bawah komando Raisi, Iran langsung menyerang Israel untuk pertama kalinya pada 13 April.
Serangan Iran merupakan balasan atas serangan pasukan Israel terhadap fasilitas diplomatik mereka di Damaskus, Suriah. Serangan ini menewaskan puluhan orang, termasuk komandan pasukan khusus militer Iran.
Sebelum menjadi presiden, Raisi adalah kepala peradilan Iran pada tahun 2019.
Pada tahun yang sama, Raisi terpilih sebagai Wakil Presiden Majelis Ahli Iran. Lembaga ini bertugas memilih pemimpin tertinggi berikutnya setelah kematian Khamenei.
Dua tahun sebelumnya, Raisi mencalonkan diri sebagai presiden namun kalah dari Rouhani, Al Jazeera melaporkan.
(iya)
Tinggalkan Balasan