Menu

Mode Gelap

Teknologi · 27 Jun 2024

Tangkal Polusi Jabodetabek, Pemerintah Siapkan Lagi Water Mist


					Tangkal Polusi Jabodetabek, Pemerintah Siapkan Lagi Water Mist Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyiapkan serangkaian “langkah” sebagai solusi permasalahan pencemaran udara di wilayah Jabodetabek.

Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Sigit Reliantoro mengatakan, pihaknya dan pihak terkait telah menyiapkan berbagai cara untuk mencegah pencemaran, antara lain kabut air dan modifikasi cuaca buatan.

Pada konferensi pers yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta, Kamis (20/6), Sigit mengatakan: “Kami akan mengambil langkah-langkah teknis untuk mengurangi atau meningkatkan kualitas udara, salah satunya adalah modifikasi cuaca buatan, kabut air, dan lain-lain. .” ).

Namun, larutan kabut air hanya digunakan dalam situasi ekstrim. Pendekatan ini disebut berhasil menyelesaikan permasalahan polusi udara di Jakarta pada tahun lalu.

“Kalau ekstrim, kami [KLHK] menggunakan kabut air, yang sebenarnya sudah dilakukan saat KTT ASEAN tahun lalu,” jelasnya.

Tahun lalu, Jakarta bereksperimen dengan teknologi kabut air untuk mencegah polusi udara.

Ada dua jenis alat kabut air yang secara resmi disebut generator kabut air.

Kapasitas keluaran alat pertama sangat tinggi, yakni sekitar 200 liter per menit. Alat yang kedua adalah penghasil asap yang mengeluarkan sekitar 10 liter air per menit dalam bentuk butiran-butiran yang sangat halus berbentuk seperti kabut dan dengan tekanan yang cukup tinggi.

Alat pembuat kabut ini merupakan alat yang dikembangkan BMKG dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang kini terintegrasi dengan BRIN, sejak polusi udara di Jakarta meningkat tajam pada tahun 2019.

Keuntungan kedua dari generator kabut adalah kemampuannya menghasilkan pancaran air berukuran halus (atau campuran air dan bahan lainnya).

Hal ini memungkinkannya terbang dan mengikat polutan, menyebabkannya jatuh ke permukaan tanah. Tetesan air yang indah juga memastikan pembuat kabut tidak membuang-buang air.

Selain itu, pihaknya juga sedang mengembangkan teknologi modifikasi cuaca untuk mengatasi permasalahan pencemaran udara. Ada beberapa pendekatan terhadap teknologi ini, katanya.

Salah satu caranya adalah dengan menambahkan garam ke awan untuk “memikat” curah hujan.

Menurut dia, penyesuaian cuaca akan dilakukan berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Geofisika dan Klimatologi (BMKG).

“Kemarin kami diskusi dengan teman-teman TMC di BMKG, kalau misalnya kuning atau tidak sehat terus selama seminggu, maka kami akan kirimkan surat untuk memfasilitasi TMC,” jelasnya.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga mengungkapkan tiga sumber utama emisi karbon penyebab pencemaran di Jabodetabek, antara lain kendaraan bermotor, kegiatan komersial/industri, dan pembakaran terbuka.

Namun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menilai tahun ini situasi pencemaran udara saat ini tidak seserius tahun lalu. Sebab, beberapa wilayah Jabodtabek dilanda hujan dalam beberapa pekan terakhir.

“Kita juga melihat beberapa hari terakhir di Jakarta turun hujan dan di berbagai tempat semua berubah menjadi hijau dan biru, serta udaranya sehat dan bersih karena hujan tersebut,” kata Sigit.

“Karena ada hujan maka menjernihkan udara di atmosfer sehingga udaranya bagus,” tutupnya.​

(rni/dmi)

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Gunung Bawah Laut Ditemukan di Chile, 4 Kali Tinggi Burj Khalifa

3 November 2024 - 07:15

PODCAST: Budi Arie Blak-blakan soal Lima Bandar Judi Online

3 November 2024 - 03:16

Program Sanitasi Era Covid Asal Lampung Raih Penghargaan dari Jepang

3 November 2024 - 02:14

Trending di Teknologi