Menu

Mode Gelap

Internasional · 4 Jul 2024

Fakta Turbulensi Singapore Airlines: Dugaan Awal hingga 1 Orang Tewas


					Fakta Turbulensi Singapore Airlines: Dugaan Awal hingga 1 Orang Tewas Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Pesawat Boeing 777-300ER milik Singapore Airlines menjadi sorotan setelah mengalami turbulensi hebat pada Senin (20/5).

Pesawat itu terbang dari London, Inggris menuju Singapura. Namun karena turbulensi parah, pesawat terpaksa melakukan pendaratan darurat di Bangkok, Thailand pada Selasa (21/5).

Peristiwa tersebut mengakibatkan satu orang tewas dan puluhan luka-luka. Korban luka juga dibawa ke rumah sakit dekat Bangkok.

Berikut fakta perjalanan bergelombang Singapore Airlines.

1 orang meninggal dunia dan 30 orang luka-luka

Singapore Airlines mengonfirmasi satu orang tewas dan sekitar 30 lainnya luka-luka dalam insiden tersebut.

“Kami telah menerima informasi bahwa satu orang terluka dan satu korban jiwa di dalam penerbangan Boeing 777-300ER ini. Ada 211 penumpang dan 18 awak di dalamnya,” South China Morning Post mengutip pernyataan maskapai tersebut.

Pihak berwenang Thailand mengatakan, korban tewas dalam kecelakaan pesawat itu adalah warga negara Inggris berusia 73 tahun.

Mereka juga mengatakan tujuh orang berada dalam kondisi kritis akibat turbulensi parah.

Pesawat itu jatuh ribuan kaki

Saat terjadi turbulensi, pesawat turun dari ketinggian 37.000 kaki hingga 31.000 kaki, menurut data pelacakan penerbangan.

Channel News Asia (CNA) melaporkan, pesawat Boeing 777-300ER berada di ketinggian 37.000 kaki pada pukul 04:06 waktu setempat, menurut data pelacakan penerbangan.

Namun, hanya dalam waktu empat menit, pesawat turun 6.000 kaki hingga 31.000 kaki pada pukul 04.10 waktu setempat, dengan dugaan awal terjadi turbulensi parah.

Shantanu Gangakhedkar, konsultan penerbangan senior di firma riset pasar Frost and Sullivan, mengatakan turbulensi dapat disebabkan oleh berbagai alasan.

Gangguan yang paling sulit diprediksi adalah turbulensi udara jernih (CAT). Hal ini bisa terjadi tanpa bukti nyata.

“CAT terjadi saat langit benar-benar cerah. Kita tidak bisa melihatnya dan terjadi secara tiba-tiba,” kata Gangakhedkar.

Dia melanjutkan: “Saat ini kami belum memiliki teknologi untuk memprediksi (atau mendeteksi) CAT, apalagi di ketinggian 36.000 kaki.”

Tanpa peringatan sebelumnya, CAT seringkali mengakibatkan penumpang terluka. Para kru mungkin tidak punya waktu untuk memberi tahu penumpang untuk mengambil tempat duduk atau mengencangkan sabuk pengaman, untuk menyampaikan belasungkawa kepada presiden dan perdana menteri.

Presiden Singapura Tharman Shanmugaratnam dan Perdana Menteri Lawrence Wong menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan orang-orang yang terkena dampak pesawat SQ321 tersebut.

Shanmugalanam menekankan bahwa pihak berwenang Singapura akan melakukan yang terbaik untuk mendukung semua pihak yang terkena dampak insiden ini.

Huang juga menyampaikan pernyataan serupa. Ia mengaku sedih dan kaget dengan kejadian tersebut.

“Kami berdoa agar mereka kembali dengan selamat dan pemulihan yang cepat bagi korban luka,” kata Huang yang dikutip Channel News Asia.

(isa/DNA)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Topan Shanshan Mendekat, Ribuan Warga Jepang Diminta Mengungsi

5 November 2024 - 16:15

Gadis 8 Tahun yang Hilang 19 Hari Ditemukan Tewas di Turki

4 November 2024 - 22:14

Zelensky Tiba di Singapura, Bersiap Pidato dalam Forum Keamanan

2 November 2024 - 16:14

Trending di Internasional