Menu

Mode Gelap

Teknologi · 26 Jul 2024

BMKG Rekomendasi Modifikasi Cuaca di Sumbar Kurangi Potensi Bencana


					BMKG Rekomendasi Modifikasi Cuaca di Sumbar Kurangi Potensi Bencana Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merekomendasikan segera penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengurangi risiko hujan lebat dan bencana di wilayah Sumatera Barat (Sumbar).

Berdasarkan hasil analisis dan kondisi yang terjadi di Sumbar, kami menyarankan agar pihak berwenang segera menerapkan TMC, kata Direktur BMKG Dwikorita Karnawati saat jumpa pers, Minggu malam (12 Mei).

Ia menjelaskan, pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa perubahan cuaca dengan menaburkan NaCl ke udara dengan pesawat merupakan cara yang efektif untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya awan hujan.

BMKG memperkirakan langkah tersebut juga harus dilakukan di Sumbar, yang berdasarkan hasil analisis cuaca, diperkirakan akan terjadi curah hujan sedang hingga sangat lebat hingga 22 Mei 2024.

Dwikorita mengatakan BMKG mengamati kondisi cuaca tersebut sejak 8 Mei 2024. Bahkan, kata dia, puncaknya sempat menimbulkan bencana banjir pada Sabtu hingga longsor yang menyebabkan kerusakan parah di Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang. (11/5) Malam.

Hasil analisis BMKG menunjukkan fenomena sirkulasi sinklonal atau terbentuknya awan dan tikungan angin lokal di Sumbar berkontribusi terhadap intensitas hujan lebih dari 300 mm di wilayah tersebut.

“Dengan demikian, TMC diharapkan tidak semakin memperluas jangkauannya dan memperburuk dampak bencana, sekaligus mendukung kelancaran penanganan dampak bencana yang sedang berlangsung,” kata yang pertama. Rektor Universitas Gadjah Mada.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan beberapa kecamatan di Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang dilanda banjir bandang bercampur material lahar pada Sabtu malam (5/11).

Bencana tersebut disebut menimbulkan kerusakan yang cukup parah. Pusdalops BNPB mencatat hingga Minggu (5/12) pukul 16.40 WIB, sebanyak 27 warga di tiga kabupaten tewas, lebih dari 200 warga mengungsi, dan lebih dari 100 rumah serta puluhan fasilitas umum rusak.

Hal ini juga menyebabkan tanah longsor yang memutus jalan dan melumpuhkan lalu lintas. Diantaranya adalah Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam (jalan yang menghubungkan Padang dengan Bukit Tinggi), Sitinjau Lauk dan Kabupaten Tanah Datar (jalan yang menghubungkan Padang dan Solok). Jalan Lembah Anai (jalur penghubung dari Bukit Tinggi ke Padang).

BNPB memastikan tim gabungan kepolisian terus berupaya mengusut dampak bencana tersebut, sehingga data jumlah korban jiwa dan dampak kerusakan lainnya dapat semakin bertambah.

Penyebab banjir lahar dingin di tiga wilayah Sumbar

Saat itu, Dwikorita mengatakan intensitas hujan yang sangat deras dan berkepanjangan menjadi penyebab utama terjadinya banjir bandang bercampur lahar gunung yang melanda tiga kabupaten/kota di Sumbar.

Ia mengatakan, berdasarkan analisis pada 8 Mei 2024, wilayah Sumbar berpotensi mengalami curah hujan sedang hingga sangat lebat.

“Hujan seperti itu nampaknya terjadi lebih deras akibat sirkulasi sinkronik, atau pembentukan awan dan tikungan angin lokal,” ujarnya.

Ia mengatakan, di hari yang sama, tim meteorologi BMKG langsung mengeluarkan peringatan dini kemungkinan cuaca ekstrem yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan lain sebagainya di Sumbar.

Dalam peringatan dini tersebut, BMKG meminta masyarakat di Sumbar, khususnya di daerah rawan bencana seperti pesisir pantai, pegunungan, dan perbukitan, untuk mewaspadai kondisi cuaca ekstrem pada tanggal 9 hingga 12 Mei 2024.

“Dari rangkaian tersebut, puncaknya terjadi kemarin (Sabtu (5/11), hujan berlangsung lebih dari 150/200 mm pada sore hingga malam hari sehingga banjir bandang disertai lahar melanda Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang,” kata Dwikorita. .

Terkait lahar gunung, ia juga menjelaskan, material tersebut berasal dari sisa-sisa letusan Gunung Marapi beberapa waktu lalu yang masih mengendap di lereng puncak, kemudian terbawa air hingga mencapai tiga lingkungan terdampak. daerah. kota-kota.

“Jadi Gunung Marapi saat itu tidak meletus, melainkan karena hujan sangat deras yang akan berlangsung hingga 22 Mei 2024 atau paling lambat tiga hari ke depan,” imbuhnya.

(Antara/anak)

Artikel ini telah dibaca 3 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Gunung Bawah Laut Ditemukan di Chile, 4 Kali Tinggi Burj Khalifa

3 November 2024 - 07:15

PODCAST: Budi Arie Blak-blakan soal Lima Bandar Judi Online

3 November 2024 - 03:16

Program Sanitasi Era Covid Asal Lampung Raih Penghargaan dari Jepang

3 November 2024 - 02:14

Trending di Teknologi