Jakarta, jurnalpijar.com –
Jabal Magnet, Medina, Arab Saudi, memiliki rahasia berupa ilusi optik yang mampu mengendarai mobil tanpa mesin atau sebaliknya menghentikan laju mobil.
Tempat itu dinamakan Jabal Magnit yang artinya bukit magnet, karena konon kandungan magnetnya. Di kawasan ini, praktik yang dialami pengemudi merupakan hal biasa.
Di jalan datar dan menanjak, kendaraan mampu melaju 80-100 km/jam, meski transmisi dalam posisi netral. Mobil benar-benar bisa mengemudi sendiri.
Destika Kahyana, peneliti ilmu tanah dan penginderaan jauh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan hal serupa juga terjadi saat timnya mengunjungi lokasi tersebut.
Suqayat, pengemudi Innova sengaja menghentikan kendaraan yang hendak melaju dari Madinah menuju Jabal Magnit lalu mematikan pemancarnya.
Mobil tidak bergerak maju, malah mundur dan berakselerasi perlahan. Para penumpang kaget. Artinya bukit magnet tidak menarik mobil ke atas bukit.
Kelompok itu mengulanginya setelah meninggalkan Jabal Magnit. Kali ini mobil melaju ke depan dengan kecepatan lebih dari 80 km/jam meski dalam keadaan netral.
Destika menemukan bahwa fenomena Wadi Al Baida, Wadi Al Jin, bahkan Mantakotul Baido (Tanah Putih) seperti yang diketahui warga sekitar hanyalah ilusi dan bukan daya tarik nyata.
Jalan aspalnya terlihat datar dan cenderung menanjak. Malah rombongan justru menjauh dari Magnetic Hill, turun bukit,” kata Destika, dikutip dalam Antara, Senin (29/7).
Misteri Jabal Magnit yang secara ilmiah dikenal dengan sebutan Gravity Hill juga pernah dibahas dalam jurnal Rehan Jamil, seorang insinyur sipil di Universitas Imam Abdulrahman Bin Faisal, Dammam, Arab Saudi.
Berdasarkan kajian ilmiah tersebut, dengan mudah dapat disimpulkan bahwa penyebab benda bergerak di bukit gravitasi, bergerak menuju kota, adalah gravitasi alami, kata peneliti.
Kesimpulan ini ia peroleh setelah menganalisis data geospasial dari Google Earth Pro, mencari perbedaan ketinggian dan kemiringan di awal dan akhir jalur Jabal Magnit. Ia pun menguji mobil yang dikendarainya.
Penelitian ini menempatkan titik-titik acak pada lereng bukit yang berdekatan yang berubah menjadi lembah. Sebanyak 10.500 titik tercipta di area seluas 20 km x 10 km, dengan rata-rata 50 titik per kilometer persegi.
Para peneliti mengekstraksi ketinggian di setiap titik dan kemudian memvisualisasikannya dalam tiga dimensi menggunakan metode Kriging untuk menghasilkan data grid.
Kajian tersebut mengungkap, jalan di Jabal Magnit yang berbentuk jalan melingkar memiliki tinggi 949 meter. Sementara itu, ketinggian dasar lembah adalah 560 meter. Oleh karena itu, terdapat perbedaan ketinggian yang sangat besar, yaitu 389 m.
Titik terendah pada salah satu ruas jalan adalah 555 m.
Kemiringan jalan bervariasi di seluruh bagian jalan, dengan rata-rata 2,6 persen sepanjang 15 kilometer. Ruas terpanjang yakni 11 km memiliki kemiringan 2,9 persen.
Terdapat pula ruas jalan sepanjang 2 km dengan kemiringan 5,1 persen yang relatif terjal dibandingkan ruas jalan lainnya.
Dengan angka tersebut, Rehan membuktikan bahwa ketinggian mobil tidak sama persis dengan jalan raya, melainkan lebih tinggi lagi.
“Hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Secara umum kendaraan bergerak ke arah bawah karena adanya gravitasi, seperti halnya pergerakan benda,” kata Destica menjelaskan penelitiannya.
Ilusi optik terjadi dalam bentuk ilusi besar, karena gundukan-gundukan di pinggir jalan tersusun tidak beraturan, dengan garis-garis yang tidak selalu tegak lurus.
Ilusi gunung ada di lokasi khusus yang disebut bukit gravitasi. Ini biasanya merupakan lokasi lingkungan yang mewakili lokasi yang menciptakan ilusi optik.
Mengapa mungkin ada ilusi ketinggian? Pandangan cakrawala (horizon) lebih luas terhalang perbukitan.
Tanpa cakrawala atau batas langit, mata sulit menilai puncak suatu permukaan karena tidak terlihat. Tempat-tempat seperti itu telah ditemukan di Bumi.
Artinya Jabal Magnet bukan sekadar mobil yang bisa bergerak sendiri. Bola, kelereng, bahkan tetesan air pun bergerak searah dengan mobil yang bergerak dengan transmisi netral, ujarnya.
Rehan mengungkapkan, setidaknya ada 10 tempat di dunia yang memamerkan ilusi acak tersebut.
Pada tahun 2003, Paola Bressan dari Italia mencatat berbagai lokasi dengan pemandangan bukit gravitasi dimana-mana. 15 di antaranya berada di AS dan Kanada saja. Peneliti lain melaporkan fenomena ini di Radan, Serbia, dan Kurdistan, Irak.
Vaga lokal menggambarkan bola-bola ini memiliki kekuatan supernatural, kekuatan magnet, dan bahkan proyek militer rahasia, karena kendaraan dapat diangkat tanpa mesin menyala.
Brassen memodelkan anomali gravitasi ini di laboratorium, menunjukkan bahwa antigravitasi disebabkan oleh kesalahan persepsi mata, seperti kemiringan konteks atau kesejajaran cakrawala.
Namun Jabal Madinah tetap menjadi daya tarik wisata karena membuktikan kepada pengunjung bahwa mata manusia yang sehat pun bisa tertipu oleh ilusi, pungkas Destika.
(antara/bahtera)
Tinggalkan Balasan