Menu

Mode Gelap

Teknologi · 1 Agu 2024

Memangnya Ada Area Peluncuran Roket di Biak seperti Kata Luhut?


					Memangnya Ada Area Peluncuran Roket di Biak seperti Kata Luhut? Perbesar

Denpasar, jurnalpijar.com —

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan Biak, Papua sebagai landasan peluncuran roket kepada CEO SpaceX Elon Musk. Apakah ada pelabuhan antariksa di Papua?

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, pertemuan kedua digelar di sela-sela World Water Forum ke-10 di Bali. Keduanya dikatakan sedang mendiskusikan investasi landasan peluncuran di BiAC dan baterai lithium.

“Saat saya bertemu dengan Presiden, sekitar satu jam, saya kira, beliau berbicara tentang landasan peluncuran di Biak. Karena beliau meluncurkan 150 roket setahun, hampir satu roket sehari. Presiden menyarankan menggunakan Biak, dia bertanya apakah ada gas,” Luhut menjelaskan pertemuan di Bali Nusa Dua Convention Center, Selasa (21/5).

Katanya juga, saya bilang itu Bintuni, bisa ditarik dengan pipa.

SpaceX sendiri sering meluncurkan satelitnya sendiri, Starlink, dan satelit perusahaan atau pemerintah lainnya yang didukung oleh teknologi roket pesawat ulang-alik Falcon.

Luhut mengakui tawaran itu belum akan terealisasi dalam waktu dekat. Pasalnya, landasan peluncuran roket yang ada, seperti Cape Canaveral, Florida, AS, masih digunakan.

Namun, Luhut mengatakan usulan peluncuran ini oleh Jokowi memberikan opsi baru bagi Musk.

Proyek lama

Biak sendiri merupakan cerita lama mengenai proyek peluncur roket. Mengacu pada pembangunan pelabuhan antariksa yang dimulai beberapa tahun lalu.

Pada Maret 2021, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), yang kini bernama Organisasi Penelitian Penerbangan dan Antariksa (ORPA), yang merupakan bagian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), berencana membangun pelabuhan antariksa untuk peluncuran SpaceX. dan pesawat ruang angkasa Bumi.

Saat itu, LAPAN menyebut pembangunan pelabuhan antariksa SpaceX masih dalam tahap awal negosiasi.

Dikutip dari situs LAPAN, berdasarkan kajian pembangunan pelabuhan antariksa yang dilakukan Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN, pembangunan pelabuhan antariksa merupakan salah satu amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 21 Republik Indonesia Tahun 2013 tentang Keantariksaan.

Selain itu, pelabuhan antariksa juga masuk dalam rancangan Master Plan Badan Antariksa 2016-2040.

Dalam Peta Pengelolaan Antariksa 2016-2040 disebutkan bahwa pada periode 2036-2040, teknologi roket Indonesia diharapkan memiliki program peluncuran roket yang mengorbit satelit ke orbit rendah Bumi (LEO).

Di bidang teknologi satelit, Indonesia direncanakan mampu meluncurkan dan mengoperasikan satelit observasi bumi, telekomunikasi, dan navigasi.

“Saat itu Indonesia harus punya pelabuhan antariksa, dan tidak bergantung pada negara lain,” kata penelitian Mengapa Biak?

Kajian tersebut juga menjelaskan bahwa pelabuhan antariksa tersebut dibangun di Biak karena LAPAN memiliki aset tanah di Kabupaten Biak Numphor yang berjarak sekitar 40 kilometer dari kota Biak di desa Saukobai di Biak Utara.

Desa Saukobai konon memiliki lahan lapan seluas 1 juta meter persegi atau 100 hektar.

Kemudian, LAPAN selaku koordinator pengembangan pelabuhan antariksa juga memperkirakan Biak Numfor berada dekat dengan garis khatulistiwa dan berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik.

Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala BRIN saat itu, Bambang Brodjonegoro menjelaskan, Indonesia merupakan negara paling strategis untuk meluncurkan roket termasuk satelit ke luar angkasa karena letaknya yang berada di garis khatulistiwa.

Bambang juga mengatakan, Biak merupakan salah satu daerah yang paling potensial untuk dijadikan bandara luar angkasa. Pasalnya, wilayah tersebut sangat dekat dengan garis khatulistiwa, yakni -1 derajat dari garis khatulistiwa.

Ia mengatakan, membangun pelabuhan antariksa lebih menguntungkan dibandingkan membangun roket. Selain itu, katanya, ekonomi luar angkasa global diproyeksikan bernilai lebih dari $1 triliun per tahun pada tahun 2040.

Selama ini, kata Bambang, pelabuhan antariksa hanya dimiliki oleh negara-negara yang berteknologi maju, seperti Amerika Serikat, Rusia, Prancis, China, dan India yang sebenarnya letaknya jauh dari garis khatulistiwa.

Dalam majalah ‘Pemetaan Elit Politik Lokal di Pulau Biak dan Dampaknya terhadap Perencanaan Pembangunan Bandara Antariksa’, peneliti Austri Rafiksari dari Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa Lapland mengatakan, bandara antariksa yang terletak di garis khatulistiwa memiliki keunggulan dibandingkan wilayah lain dalam hal peluncuran pesawat ruang angkasa. Dalam Orbit Geostasioner (GEO).

Keuntungan meluncurkan pesawat luar angkasa dari garis khatulistiwa adalah dapat mempercepat peluncuran pesawat luar angkasa, namun tetap menghemat bahan bakar, jelas peneliti.

(lam/rh)

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Gunung Bawah Laut Ditemukan di Chile, 4 Kali Tinggi Burj Khalifa

3 November 2024 - 07:15

PODCAST: Budi Arie Blak-blakan soal Lima Bandar Judi Online

3 November 2024 - 03:16

Program Sanitasi Era Covid Asal Lampung Raih Penghargaan dari Jepang

3 November 2024 - 02:14

Trending di Teknologi