Jakarta, jurnalpijar.com —
Conservation Indonesia menyoroti pentingnya ilmu pengetahuan dan data sebagai “senjata” terhadap ekosistem laut, khususnya di perairan Indonesia. Baca penjelasannya.
Meizani Irmadhiani, direktur jenderal Badan Konservasi Alam Indonesia, mengatakan ilmu pengetahuan memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan. Sebab, keputusan yang diambil dari sudut pandang ilmiah bisa saja benar.
“Karena dalam bekerja, apalagi membuat sistem pengelolaan atau peramalan pembangunan ekonomi dan pengembangan masyarakat, menggunakan asumsi-asumsi dasar yang memerlukan sistem empiris,” kata Meizani dalam podcast Money Honey CNNIndonesia, Rabu (26/6). ).
Meizani mencontohkan pentingnya peran ilmu pengetahuan dalam pembangunan ekosistem laut dan pesisir Indonesia. Ia menjelaskan, mengingat wilayah laut mencakup 70 persen luas wilayah Indonesia, maka masih banyak yang belum diketahui mengenai lautan ini.
“Contohnya kalau kita bicara blue economy, kita bicara tentang blue economy, khususnya ekonomi pesisir dan kelautan, dimana data-data tersebut bisa digunakan untuk mengambil keputusan atau misalnya kebutuhan pengembangan sumber daya,” ujarnya. .
“Jadi apakah itu sektor kelautan, sektor perikanan, sektor pariwisata, atau sektor lainnya, data-data itu diperlukan,” imbuhnya.
Sebagai sebuah yayasan nasional, Konservasi Alam Indonesia bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat di berbagai lokasi untuk menerapkan metode penilaian kelautan cepat. Sistem ini memungkinkan pemangku kepentingan untuk melihat potensi atau kesehatan lingkungan dan ekosistem pesisir.
Kemudian ia juga mengetahui potensi masyarakat, sumber daya, dan status sosial ekonomi daerah sekitarnya. Menurutnya, cara ini memberikan landasan bagi pembangunan daerah dalam waktu yang relatif singkat.
“Kalau kita ambil contoh Raja Ampat, kita tahu jenis ikannya berapa, jenis terumbu karangnya berapa jenisnya, jadi bisa dilihat ekosistem ini punya potensi besar atau unik. itu harus dilindungi,” jelasnya.
Selain itu juga dilakukan survei terhadap sistem sosial ekonomi masyarakat. “Kita lihat juga sistem sosial ekonominya, apa saja masyarakatnya, apa hubungannya dengan ekosistem itu,” kata Meizani.
Ia mencontohkan Raja Ampat 25 tahun lalu, saat perekonomian masyarakat masih sangat terbatas dan bergantung pada penangkapan ikan skala kecil, sehingga terkadang merusak lingkungan.
Berdasarkan data tersebut, organisasi konservasi Indonesia dapat memahami kebutuhan masyarakat dan pemerintah untuk bersama-sama meningkatkan proses pengelolaan.
“Pada awalnya data atau ilmu pengetahuan itu penting, namun kebutuhan ilmu pengetahuan menjadi penting tidak hanya di awal, tetapi dalam proses pengelolaan dan pada akhirnya,” jelasnya. (tim/dmi)
Tinggalkan Balasan