Menu

Mode Gelap

Teknologi · 6 Sep 2024

Alasan Wilayah Indonesia Rawan Gangguan Sinyal Satelit


					Alasan Wilayah Indonesia Rawan Gangguan Sinyal Satelit Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com –

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap alasan Indonesia termasuk wilayah rawan gangguan sinyal satelit, yakni karena letaknya yang berada di wilayah anomali khatulistiwa.

Indonesia disebut-sebut sebagai negara unik karena terletak di wilayah anomali khatulistiwa atau lebih tepatnya di garis lintang geomagnetik.

Letak tersebut menimbulkan banyak fenomena, antara lain: fenomena gelembung plasma atau gelembung yang habis pada lapisan ionosfer yang merupakan bagian lapisan atas atmosfer pada ketinggian 60-1000 kilometer di atas permukaan bumi.

Fenomena ini diketahui menyebabkan gangguan pada perambatan atau propagasi gelombang radio, termasuk sinyal satelit. Fenomena ini akan semakin intens ketika aktivitas matahari sedang tinggi.

Sinyal satelit dikatakan terdistorsi saat melewati ionosfer, baik amplitudo maupun fasenya, terganggu oleh kepadatan ion dan elektron.

Asnawi, ahli spesialis Puslitbang Antariksa BRIN, mengatakan lapisan ini memiliki kepadatan ion dan elektron.

“Apalagi di ketinggian 300-400 kilometer, di mana gelombang radio bisa dipantulkan secara efektif. Selain itu juga mempengaruhi sinyal dari satelit Global Navigation Satellite System (GNSS) sehingga dapat mempengaruhi keakuratan pengukuran posisi,” ujarnya dalam keterangannya yang dikutip dari situs BRIN, Selasa (30 April).

Secara umum dinamika ionosfer dipengaruhi oleh aktivitas matahari. Oleh karena itu, ketika aktivitasnya tinggi, jumlah elektronnya cukup tinggi.

“Karena cuaca antariksa, frekuensi sinyal satelit akan mengalami gangguan. Oleh karena itu, harus dilakukan pemantauan agar kita bisa melihat perilaku ionosfer di Indonesia,” ujarnya.

“Beberapa peristiwa terjadi di lapisan ionosfer yang dapat mengganggu sinyal satelit dan dapat diprediksi sebelumnya,” imbuhnya.

Ionosfer sendiri terbentuk oleh radiasi ultraviolet (UV) matahari yang mengionisasi atom dan molekul di atmosfer. Ionosfer terdiri dari beberapa lapisan berdasarkan komponen molekuler dan ionik yang dikenal sebagai D, E dan F, yang selanjutnya dibagi menjadi F1 dan F2.

Ketinggian lapisan ionosfer ini dapat bervariasi seiring waktu dan lokasi. Beberapa bagian ionosfer bisa lebih tebal atau lebih tipis, bergantung pada aktivitas matahari, waktu, dan lokasi geografis.

Penyebab terjadinya gangguan pada ionosfer sendiri adalah cuaca antariksa yaitu aktivitas matahari yang mempunyai kelas-kelas tertentu. Matahari aktif diketahui mengeluarkan flare, yaitu fenomena ledakan besar di atmosfer Matahari.

“Jika peristiwa matahari besar maka partikel besar akan terbawa melalui angin matahari. Selanjutnya akan masuk ke ionosfer, dimana muatan elektron akan meningkat. Lapisan ini akan menyerap gelombang radio elektromagnetik,” jelas Asnawi.

Selain itu, dinamika ionosfer mempengaruhi teknologi komunikasi dan navigasi. Salah satu dampaknya adalah kita tidak dapat berkomunikasi atau terjadi keterlambatan komunikasi karena perbedaan kepadatan dan pembiasan sinyal.

(lom/arh)

Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Gunung Bawah Laut Ditemukan di Chile, 4 Kali Tinggi Burj Khalifa

3 November 2024 - 07:15

PODCAST: Budi Arie Blak-blakan soal Lima Bandar Judi Online

3 November 2024 - 03:16

Program Sanitasi Era Covid Asal Lampung Raih Penghargaan dari Jepang

3 November 2024 - 02:14

Trending di Teknologi