Menu

Mode Gelap

Teknologi · 7 Sep 2024

Pakar Jelaskan Penyebab Beda Idul Adha Arab Saudi dan RI


					Pakar Jelaskan Penyebab Beda Idul Adha Arab Saudi dan RI Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Perbedaan penentuan awal bulan Zulhijah dan juga Idul Adha atau Iduladha 1445 Hijriah antara Arab Saudi dan Indonesia terkait dengan kondisi geografis kedua negara.

Kerajaan Arab Saudi menetapkan awal Zulhijah pada Jumat (7/6) dan Idul Adha jatuh pada Minggu (16/6).

Pengadilan Tinggi Kerajaan mengeluarkan pernyataan pada Rabu (5/6) yang mengajak warga untuk melihat bulan pada malam 6 Juni (29 Zulkaidah 1445 H).

Penampakan tersebut, menurut laporan Saudi Press Agency, bisa dilakukan dengan atau tanpa bantuan teleskop. Bagi yang melihat bulan sabit juga diimbau untuk melapor ke pengadilan terdekat dan mencatat keterangannya.

“Mahkamah Agung menyampaikan harapannya agar mereka yang bisa melihat bulan sabit akan bergabung dengan komite yang dibentuk untuk tujuan ini di berbagai daerah dan berpartisipasi dalam upaya memberikan manfaat bagi umat Islam,” kata Al Arabiya.

Sementara itu, pemerintah Indonesia menetapkan 1 Zulhijah jatuh pada Sabtu (8/6) dan Idul Adha yang bertepatan dengan 10 Zulhijah jatuh pada Senin (17/6).

Mengapa standarnya berbeda?

Pemerintah Indonesia dan Nahdlatul Ulama menentukan awal bulan Hijriah berdasarkan observasi dengan menggunakan kriteria MABIMS (Perjanjian Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura).

Standarnya adalah elevasi hilal (bulan sabit tipis) minimal 3 derajat dan sudut bujur (jarak sudut Matahari dan Bulan) 6,4 derajat.

Apabila pengamatan tanggal 6 Juni tidak memenuhi kriteria tersebut, maka tanggal 7 Juni belum memasuki bulan Zulhijah. Sebaliknya jika hilal memenuhi syarat di atas pada tanggal 6 Juni, maka keesokan harinya adalah 1 Zulhijah.

Sementara itu, Arab Saudi mengandalkan melihat hilal tanpa kriteria khusus. Artinya yang penting adalah apa yang Anda lihat.

Thomas Djamaluddin, Guru Besar Astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan, saat senja tanggal 6 Juni, tingkat hilal di Mekkah, Arab Saudi, sangat rendah. kuat”

Ketinggiannya kurang dari 1 derajat. Harusnya tidak mungkin terlihat, karena lokasinya terlalu dekat dengan matahari dan cahaya syafak (senja) masih cukup kuat, jelasnya di akun Facebooknya.

Sebaliknya, Thomas mengatakan saat matahari terbenam pada 7 Juni 2024, posisi bulan sabit akan cukup tinggi karena posisi bulan sudah berada di angka 8 derajat.

“Dari rukyat ke Mekkah dan Jakarta, 1 Zulhijah 1445 dijadwalkan pada 8 Juni, wukuf pada 16 Juni, dan Idul Adha pada 17 Juni,” ujarnya.

Zona waktu berbeda

Adib, Direktur Pembinaan Agama Islam dan Syariah Kementerian Agama, mengatakan perbedaan waktu Idul Adha ini disebabkan letak Arab Saudi yang berada di sebelah barat Indonesia.

Akibatnya, ada kemungkinan bulan sabit pertama kali terlihat di sana.

“Waktu di Indonesia lebih cepat 4 jam, namun hilal sebenarnya bisa terlihat lebih awal di Arab Saudi, karena terlihat di barat saat matahari terbenam atau disebut ghurub ash-syams,” kata Adib, Jumat (1/7/). ) 2022).

Kondisi cakrawala yang berbeda

Ilmuwan Pusat Penelitian Antariksa BRIN, Andi Pangerang, pernah mengatakan bulan sabit di Arab Saudi mudah diamati karena kondisi atmosfernya berbeda dengan di Indonesia.

Selain itu, cakrawala di Arab Saudi cenderung bebas awan dengan kecepatan uap air yang rendah, ujarnya pada tahun 2022.

(artikel/arh)

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Gunung Bawah Laut Ditemukan di Chile, 4 Kali Tinggi Burj Khalifa

3 November 2024 - 07:15

PODCAST: Budi Arie Blak-blakan soal Lima Bandar Judi Online

3 November 2024 - 03:16

Program Sanitasi Era Covid Asal Lampung Raih Penghargaan dari Jepang

3 November 2024 - 02:14

Trending di Teknologi