Menu

Mode Gelap

Teknologi · 8 Sep 2024

Hari Keantariksaan Nasional, Pakar Ajak Matikan Lampu 1 Jam


					Hari Keantariksaan Nasional, Pakar Ajak Matikan Lampu 1 Jam Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com –

Pada Hari Astronautika Nasional, peneliti meminta semua pihak turut ambil bagian dalam mengurangi polusi cahaya guna memajukan penelitian astronomi dan keindahan langit malam.

Thomas Jamaluddin, profesor riset di Pusat Penelitian dan Inovasi Antariksa Nasional, mengatakan langit gelap harus dilestarikan dengan polusi cahaya minimal untuk menjaga keindahan langit malam, sehingga melanjutkan pendidikan masyarakat dan penelitian astronomi. Dikutip dari situs resmi badan tersebut (BRIN).

Hari Astronautika Nasional diperingati setiap tahun pada tanggal 6 Agustus setelah disahkannya Undang-Undang Keantariksaan Nomor 21 Tahun 2013

Hal tersebut tidak lepas dari pidato Sukarno, presiden pertama Indonesia, pada tanggal 25 Januari 1960 yang membuat revolusi dunia. Tahap terakhir adalah revolusi luar angkasa.

Berdasarkan keterangan BRIN, “Setiap merayakan Hari Astronautika Nasional, BRIN mengajak masyarakat untuk mematikan lampu sejenak dan melestarikan langit yang gelap.”

“Efeknya masyarakat memahami dampaknya dan ikut serta mengurangi polusi cahaya sehingga bisa menikmati indahnya langit malam,” ujarnya.

Masyarakat diharapkan mematikan lampu selama satu jam mulai pukul 20.00 hingga 21.00 waktu setempat pada 6 Agustus 2024, kata badan tersebut.

Thomas melanjutkan, tujuan petisi tersebut adalah agar masyarakat mengetahui betapa pentingnya menjaga kondisi langit malam yang baik.

“Langit malam yang gelap mengajarkan secara lebih luas bagaimana campur tangan cahaya eksternal telah merampas keindahan langit malam. Galaksi Bima Sakti, yang terdiri dari ratusan miliar bintang, tidak lagi terlihat dari langit kota-kota besar. dikalahkan oleh kota lampu,” keluhnya. Bahaya polusi cahaya

Ia menunjukkan bahwa lampu kota merupakan masalah besar dalam astronomi karena mengganggu pengamatan benda langit yang redup.

Polusi cahaya di kota-kota besar tidak hanya berdampak pada keindahan langit malam dan menghambat penelitian astronomi, tetapi juga berdampak pada kehidupan manusia dan hewan.

Contohnya saja Observatorium Bosa, Lembang, Bandarban Barat yang sudah lama tercemar polusi cahaya.

Akibat pengamatan tersebut, langit khususnya bagian selatan yang merupakan arah kota Bandung diterangi oleh lampu-lampu dari rumah-rumah warga dan lampu sorot dari pusat-pusat hiburan kota.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa polusi cahaya dapat mengganggu pola tidur dan kesehatan masyarakat di kota-kota besar, kata Thomas. Bahkan polusi cahaya pun mengganggu kehidupan hewan nokturnal

Polusi cahaya dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme yang mengambil gambar pada malam hari, mengganggu navigasi burung migran, mencemari alam dan mengganggu ritme kehidupan organisme lain.

Pada manusia, polusi cahaya mengganggu produksi hormon melatonin yang menyebabkan insomnia dan meningkatkan risiko kanker.

Selain manfaat benda langit dari sudut pandang ilmiah, bagi masyarakat Timor, benda langit juga berguna sebagai simbol bagi manusia. Simbol ini menandakan musim, seperti musim pertanian, penyakit, musibah, dan lain sebagainya

“Polusi cahaya dapat mengancam eksistensi identitas budaya tersebut,” ujarnya.

(Perintah/Kanan)

Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Gunung Bawah Laut Ditemukan di Chile, 4 Kali Tinggi Burj Khalifa

3 November 2024 - 07:15

PODCAST: Budi Arie Blak-blakan soal Lima Bandar Judi Online

3 November 2024 - 03:16

Program Sanitasi Era Covid Asal Lampung Raih Penghargaan dari Jepang

3 November 2024 - 02:14

Trending di Teknologi