Jakarta, jurnalpijar.com —
Amnesty International mengecam keputusan pemerintah Prancis yang melarang atlet tuan rumah bertanding berhijab di Olimpiade 2024.
“Pada Olimpiade 2024, negara tuan rumah Prancis melarang atlet muslimah perempuan mengenakan hijab atau penutup kepala berwarna keagamaan saat bertanding untuk timnas Prancis,” tulis Amnesty International.
“Larangan tersebut melemahkan upaya untuk menjadikan olahraga lebih inklusif dan membuktikan bahwa atlet Muslim berhijab di Prancis terus mengalami diskriminasi,” tambah Amnesty International.
Berdasarkan laporan Amnesty International, Prancis menjadi satu-satunya negara Eropa peserta Olimpiade yang melarang kontingennya berjilbab pada Olimpiade 2024 dan Paralimpiade 2024.
Selain itu, Prancis menjadi satu-satunya partai politik dari 38 negara di Eropa yang memboikot hijab di berbagai cabang olahraga seperti sepak bola, bola basket, dan bola voli.
Laporan tersebut muncul setelah Menteri Olahraga Prancis Amelie Oudea-Castera melarang atlet Prancis mengenakan jilbab di Olimpiade 2024.
“Perwakilan delegasi tim Prancis tidak mengenakan jilbab,” kata Amelie dalam wawancara di Dimanche En Politique, seperti dikutip Middle East Eye.
Dalam wawancaranya pada September 2024, Amelie mengatakan tujuan dari sikap tersebut adalah untuk mencegah “proselitisme”, yaitu istilah yang diartikan sebagai tindakan mengajak orang lain untuk menjalankan ajaran agama atau posisi politik tertentu dalam gaya hidup sehari-hari.
Segala bentuk ‘dakwah’ dilarang, karena netralitas pelayanan publik adalah mutlak,” kata Amelie.
Menyikapi hal tersebut, Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengumumkan tidak akan ada larangan serupa terhadap atlet negara lain di Olimpiade 2024. peraturan dan tidak ada risiko bagi Prancis dalam hal ini.
“IOC menolak memanggil pihak berwenang Perancis untuk mencabut larangan tersebut,” lapor Middle East Eye.
Selain itu, IOC memastikan perempuan tidak diperbolehkan mengenakan hijab selama atlet berada di rumah. Selama di sana, peserta bisa bebas mengekspresikan identitas agama dan budayanya.
“Hanya peraturan IOC yang berlaku di wisma atlet. Tidak ada larangan mengenakan jilbab atau simbol agama dan budaya,” kata juru bicara IOC, menurut Al Jazeera.
(satuan/hari)
Tinggalkan Balasan