Jakarta, CNN Indonesia —
CEO Telegram Pavel Durov dibebaskan bersyarat setelah pengadilan Prancis secara resmi mendakwanya pada Rabu (28/8). Dia diberikan pembebasan bersyarat dengan jaminan sebesar 5 juta euro atau sekitar 85,7 miliar rubel.

Durov didakwa melakukan serangkaian kejahatan terkait aplikasi perpesanan Telegram.
Selama persidangan yang berdurasi 8 jam, Durov didakwa dengan dugaan kejahatan terkait dengan kelompok terorganisir, termasuk “berpartisipasi dalam administrasi platform online untuk memfasilitasi transaksi ilegal.”
Durov juga didakwa menolak membagikan dokumen yang diminta pihak berwenang, “mendistribusikan gambar anak di bawah umur dan pornografi anak oleh kelompok terorganisir,” serta perdagangan narkoba, penipuan, dan pencucian uang.
Jaksa Paris Laure Bekou mengatakan Durov, selain membayar uang jaminan, wajib melapor ke polisi dua kali seminggu dan tidak meninggalkan wilayah Prancis.
Media lokal Prancis Franceinfo dan BFM TV melaporkan bahwa pengacara Durov asal Prancis mengatakan “tidak masuk akal” jika kliennya terlibat dalam kejahatan tersebut.
“Telegram sepenuhnya mematuhi peraturan digital Eropa. Telegram adalah moderator yang peraturannya serupa dengan jejaring sosial lainnya,” kata pengacara David-Olivier Kaminsky kepada beberapa wartawan, menurut Reuters.
Durov tidak membayar uang jaminan yang diwajibkan oleh sistem peradilan Prancis, namun Davit mengatakan dia akan segera membayarnya, lapor RIA Novosti.
Kasus ini bermula setelah Pavel Durov ditangkap di bandara Le Bourget di luar Paris pada Sabtu malam (24/8) atas surat perintah terkait kurangnya moderasi Telegram.
Telegram diluncurkan pada tahun 2013 oleh Durov dan saudaranya Nikolai. Menurut postingan Durov pada bulan Juli 2024, aplikasi tersebut kini memiliki lebih dari 950 juta pengguna, menjadikannya salah satu platform perpesanan yang paling banyak digunakan di dunia.
Obrolan aplikasi ini dienkripsi, yang berarti lembaga penegak hukum, termasuk Telegram sendiri, hanya memiliki sedikit pengawasan terhadap apa yang diunggah pengguna di sana.
Pavel Durov ditahan hingga 96 jam, atau waktu maksimum yang bisa dia tahan berdasarkan hukum Prancis sebelum didakwa. Hingga Rabu (28/8), penyidik telah menyerahkan kasus Durov ke pengadilan dan menerima surat dakwaan.
Pavel Durov, lahir di Uni Soviet pada tahun 1984, telah dikenal sebagai “Mark Zuckerberg dari Rusia” sejak usia 20-an. Dia meninggalkan negara itu pada tahun 2014 dan sekarang tinggal di Dubai, tempat Telegram berkantor pusat.
Durov saat ini memiliki kewarganegaraan Perancis. Sejak tahun 2016, ia bersuara menanggapi kritik bahwa Telegram adalah tempat untuk mengoordinasikan kegiatan ilegal, termasuk rencana serangan Paris pada bulan November 2015.
“Anda tidak bisa membuatnya aman dari penjahat dan terbuka untuk pemerintah,” kata Durov kepada CNN pada tahun 2016. “Pilihannya adalah antara aman atau berbahaya.”
(foo/foo)