Menu

Mode Gelap

Teknologi

CEO Ditangkap, Telegram Siap Bagikan Data Pribadi Pengguna

badge-check


					CEO Ditangkap, Telegram Siap Bagikan Data Pribadi Pengguna Perbesar

Jakarta, CNN Indonesia —

Platform Telegram akhirnya membatalkan rencana untuk membagikan informasi pribadi seperti alamat IP pengguna dan nomor telepon kepada otoritas terkait. Hal ini terjadi pasca penangkapan CEO Telegram Pavel Durov beberapa waktu lalu.

Telegram dikenal dengan teknologi enkripsi dan privasi penggunanya sebagai platform yang melindungi privasi 950 juta penggunanya. Tidak mengherankan jika banyak penjahat, termasuk pengedar narkoba, ekstremis, supremasi kulit putih, dan kelompok teroris seperti ISIS, menggunakan Telegram untuk berkomunikasi.

Durov mengambil tindakan drastis untuk mengubah persyaratan layanan guna mencegah penjahat menyalahgunakan platform tersebut. Durov memposting di Telegram pada Senin (23/6).

Salah satu perubahan tersebut adalah Telegram akan memperbarui persyaratan layanan dan kebijakan privasinya dengan memberikan alamat IP dan nomor telepon pengguna untuk menolak aturan tersebut kepada pihak berwenang untuk menanggapi “permintaan hukum yang wajar.”

Dia mengatakan platform tersebut akan menampilkan semua data pengguna yang dibagikan kepada penegak hukum dalam laporan log.

Durov juga mengatakan halamannya menghapus konten bermasalah dari fitur pencarian publik.

“Pencarian di Telegram lebih ampuh dibandingkan aplikasi perpesanan lainnya karena pengguna dapat mencari spam dan bot. Sayangnya, fitur ini disalahgunakan oleh Orang yang menolak persyaratan layanan kami akan menjual barang yang tidak terjual,” tulis Durov, CNN, Jumat. (26/9)

“Jika Anda menemukan sesuatu yang tidak aman atau ilegal di Telegram Search, harap beri tahu kami melalui @SearchReport,” lanjutnya.

Menurut Durov, fitur pencarian di Telegram bertujuan untuk mencari teman dan berita, bukan untuk mengiklankan barang pribadi.

Meskipun perubahan ini akan mengurangi aktivitas kriminal di banyak area platform, hal ini tidak akan menghentikan penyalahgunaan komunikasi pribadi terenkripsi. Pasalnya, kata Telegram, “Saya tidak punya cara untuk menjelaskan informasi spesifiknya.”

Telegram sebelumnya menyatakan telah memblokir konten yang melanggar aturannya, termasuk memblokir akses ke saluran tertentu yang terkait dengan Hamas atau terlibat dalam perang militer dengan Israel.

Telegram telah membuka seruan untuk melakukan kekerasan setelah terungkap bahwa aplikasi tersebut digunakan untuk mengatur kerusuhan anti-imigran di bagian utara Inggris.

Durov ditahan oleh jaksa Perancis karena kejahatan lapangan, geng dan perdagangan manusia, serta kegagalan perusahaan untuk memberikan informasi terkait penyelidikan.

Namun, ia kemudian dibebaskan dari kepolisian dengan membawa uang sebesar 5 juta euro atau Rp 85,7 miliar. (Grup/DMI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Gunung Bawah Laut Ditemukan di Chile, 4 Kali Tinggi Burj Khalifa

3 November 2024 - 07:15

BAKTI Jelaskan Strategi Lanjutan Optimalkan Pemanfaatan SATRIA-1

2 November 2024 - 18:14

Deret Fitur Keamanan Penumpang Gojek dan Grab, Cek Buat Jaga-jaga

2 November 2024 - 14:15

Trending di Teknologi