Jakarta, jurnalpijar.com —
Jerman akan memperkenalkan model baru wajib militer (wamil) bagi warganya karena takut berperang dengan Rusia.
Kabar tersebut diumumkan Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius pada Rabu (6/12).
Pistorius mengatakan pemerintah tidak akan mengikuti model wajib militer era Perang Dingin. Kini, pemerintah akan fokus pada peningkatan jumlah rekrutmen yang bersedia menjadi sukarelawan untuk dinas militer.
“Anak-anak berusia 18 tahun akan menerima kuesioner dari kami yang berisi pertanyaan tentang kualifikasi minat mereka, kecintaan mereka pada olahraga, dan apakah mereka ingin menjadi sukarelawan untuk angkatan bersenjata,” kata Pistorius seperti dikutip Anadolu Agency.
Sementara itu, perempuan berusia 18 tahun juga akan menerima kuesioner yang sama. Namun, tidak ada kewajiban untuk mengikutinya.
“Perempuan berusia 18 tahun juga akan menerima kuesioner ini, namun tidak dengan kewajiban, karena mereka tidak tunduk pada wajib militer sesuai konstitusi,” ujarnya.
Meski begitu, pemerintah akan terus mengambil langkah untuk meningkatkan jumlah perempuan yang bersedia menjadi sukarelawan di militer.
“Saat ini kami memiliki 10.000 sukarelawan yang menjalani wajib militer. Dengan diperkenalkannya model baru ini, kami yakin kami dapat melatih 5.000 lebih anggota baru di tahun pertama. Tujuan kami adalah meningkatkan jumlah ini dari tahun ke tahun,” katanya.
Di bawah model baru, sukarelawan harus menyelesaikan wajib militer dasar selama enam bulan. Total, ia mampu menjalani wajib militer selama 23 bulan.
Selain itu, para relawan akan menerima gaji militer bulanan sebesar 1.800 euro atau sekitar Rp 31,6 juta.
Kementerian Pertahanan Jerman berencana menambah jumlah personel militer menjadi 203.000 pada tahun 2031, dari saat ini 181.000.
Negara ini menghentikan wajib militer pada tahun 2011 dan beralih ke sistem tentara profesional. (blq/membaca)
Tinggalkan Balasan