Olahraga kini bukan sekadar aktivitas fisik, tetapi juga telah menjadi bagian dari gaya hidup dan konten media sosial. Namun, tren ini menyimpan risiko apabila dilakukan tanpa memahami kondisi tubuh pribadi.
Menurut penelitian, banyak orang tergiur mencoba olahraga kekinian seperti lari jarak jauh, HIIT (high-intensity interval training), hingga padel hanya demi mengikuti tren atau terlihat keren di dunia maya. Padahal, tindakan tersebut bisa berdampak buruk jika tidak disesuaikan dengan kemampuan dan kesehatan individu.
Jangan sampai berolahraga hanya karena FOMO (fear of missing out), tanpa tahu apa yang tubuh kita sanggup dan butuhkan.
Berdasarkan penelitian, setiap orang memiliki kondisi tubuh yang berbeda dari pola makan, kualitas tidur, hingga tingkat stres. Mengikuti program latihan orang lain tanpa pertimbangan medis bisa menyebabkan cedera ringan hingga berat.
Maka dari itu, disarankan agar setiap orang memulai olahraga secara bertahap dan mempertimbangkan beberapa faktor penting seperti, melakukan pemeriksaan kesehatan jika perlu.
Memastikan pemanasan dan pendinginan dilakukan secara benar. Memilih olahraga yang sesuai dengan tujuan, apakah untuk kebugaran, terapi, atau rekreasi.
“Olahraga itu investasi jangka panjang, bukan ajang pamer instan. Kalau dilakukan dengan salah, justru bisa jadi bumerang,” katanya.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat, penting untuk diingat bahwa keselamatan dan kesehatan tubuh tetap menjadi prioritas utama. Jangan sampai keinginan untuk ikut tren malah berujung di ruang perawatan medis. (*)