Jakarta, jurnalpijar.com –
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendorong generasi muda Indonesia untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Tercapainya gizi seimbang melalui panduan Isi Piringku berpotensi menurunkan jumlah penderita stunting atau gizi buruk.
Hal tersebut disampaikan Irawan Prayoga, perwakilan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada acara Genbest Talk bab pertama yang digelar di Kabupaten Serang, Provinsi Banten, dengan tema “Gizi Seimbang, Jangan Khawatir”. . .
“Stunting dapat dikurangi dengan menerapkan perilaku hidup sehat sejak dini,” kata Irawan.
Hingga saat ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga terus memberikan edukasi kepada generasi muda tentang bahaya keterlambatan pembangunan, salah satunya melalui Genbest (singkatan dari “Generasi Bersih dan Sehat” beberapa tahun lalu).
Kementerian Komunikasi dan Informatika juga mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, melalui Genbest untuk menerapkan pola hidup sehat dan bersih dalam kehidupan sehari-hari, melalui website genbest.id dan media sosial @genbestid.
“Sejak tahun 2019, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah membentuk Genbest (Generasi Bersih dan Sehat), sebuah outlet informasi yang didedikasikan untuk memberikan informasi dan mengedukasi generasi muda tentang pentingnya informasi tentang keterlambatan pembangunan,” kata Ilawan.
Pada acara yang sama, Irawan kemudian mengajak peserta untuk membuat konten dengan bantuan pembuat konten Meth Junior, dengan tujuan untuk mengkomunikasikan bahaya dan tindakan pencegahan keterlambatan perkembangan.
Ilawan mengatakan, kontribusi positif generasi muda saat ini akan mampu mempercepat terciptanya generasi Indonesia sehat tanpa stunting.
“Melalui kampanye ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika berharap dapat menggugah masyarakat untuk berperan aktif dalam menurunkan angka stunting dengan menerapkan pola hidup sehat dan mensosialisasikan pesan-pesan pencegahan stunting kepada lingkungan sekitar kita,” kata Ilawan.
Senada, Rita Ramayulis, Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Olahraga Indonesia, juga menegaskan bahwa gizi seimbang tidak bisa diabaikan. Gizi seimbang yang dimaksud menggambarkan kombinasi yang tepat antara jenis, jumlah dan waktu asupan makanan dalam pola makan sehari-hari.
“Sayangnya, pola makan jajanan saat ini seringkali tidak seimbang, tinggi gula, garam, dan lemak, serta rendah sayur, buah, dan protein. Pola makan yang seimbang harus mencakup karbohidrat, protein, sayur mayur, dan buah-buahan,” ujarnya.
Ditegaskan juga bahwa calon orang tua yang menunggu kelahiran bayinya harus mempelajari gizi seimbang dan menerapkan pola makan sehat sedini mungkin. Alhasil, anak bisa terhindar dari keterlambatan tumbuh kembang.
“Keterlambatan tumbuh kembang adalah suatu kondisi kegagalan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak yang terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupannya, sejak pembuahan hingga anak menginjak usia dua tahun. “, jelas Rita.
Andah Suryani, perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, sepakat bahwa upaya untuk mengurangi keterlambatan tumbuh kembang adalah upaya bersama dan remaja perlu dilibatkan dalam perencanaan pernikahan jangka panjang.
Anda menjelaskan, pernikahan harus direncanakan dan dipersiapkan dengan matang. Tak hanya sebelum menikah, kehidupan setelah menikah juga memerlukan persiapan yang cukup.
“Rencanakan berapa jumlah anak yang akan Anda miliki, berapa lama jarak kelahirannya, waktu ideal kehamilan, dan sebagainya. Hanya dengan begitu perencanaan perkawinan bisa solid dan memiliki perencanaan keturunan yang berkualitas sehingga terhindar dari terhambatnya pertumbuhan suatu generasi,” kata Anda. . (bereaksi/tertawa)
Tinggalkan Balasan