Jakarta, CNN Indonesia —
Serangan Ransomware, atau peretasan untuk mengambil uang tebusan dari korban, merupakan kejahatan dunia maya yang paling umum, dengan sektor ritel yang paling banyak menjadi korban.

Hal ini terungkap dalam laporan Ransomware Retrospect: Unit 42 Breach Analysis dan 2024 Incident Response 2024 yang dibuat oleh perusahaan keamanan siber Palo Alto Networks.
“Unit 42 menemukan peningkatan 49 persen YoY (tahun ke tahun) dalam beberapa serangan ransomware pemerasan di seluruh dunia dari tahun 2022-2023,” menurut pernyataan perusahaan.
Hal ini didasarkan pada penyelidikan terhadap 3.998 postingan dari situs yang dibocorkan oleh berbagai kelompok ransomware.
Tidak mengherankan jika kelompok ransomware sangat tertarik dengan industri ritel di Indonesia, terutama dengan tren digitalisasi yang semakin meningkat,” kata Adi Rusli, Country Manager Indonesia, Palo Alto Networks, pada Rabu (8/5).
“Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada bisnis yang kebal terhadap serangan. Penjahat tidaklah serius, mereka menargetkan target yang paling mudah dan paling menguntungkan.”
Menurut Palo Alto; 93 persen kejahatan yang dilaporkan melibatkan pencurian data secara acak dan bukan pencarian data tertentu.
Angka ini akan meningkat pada tahun 2022, dimana 81 persen kasus melibatkan pencurian data yang tidak berdasarkan target tertentu.
Serangan Ransomware dengan teknologi lebih maju dinilai lebih efektif karena tidak terlihat.
Metode ini memungkinkan otomatisasi hanya dengan memanfaatkan celah dalam sistem dan membocorkan kredensial yang sudah ada sebelumnya (pasangan nama pengguna dan kata sandi).
Jadi siapa aktornya?
Palo Alto menyebut Lockbit 3.0 sebagai ransomware paling dominan di dunia dan varian Asia Pasifik dari ransomware ini. Mereka menyumbang 928 postingan situs yang bocor, atau 23 persen dari seluruh serangan secara global. (rni/arh)