Jakarta, jurnalpijar.com —
CEO Telegram Pavel Durov dikabarkan sedang diselidiki atas dugaan kekerasan terhadap anak setelah ditangkap di Paris akhir pekan lalu (24/8). Dia pertama kali ditangkap berdasarkan surat perintah terkait kurangnya moderasi di Telegram.
Durov sedang diselidiki atas dugaan kejahatan, termasuk tuduhan bahwa platformnya terlibat dalam membantu penipu, pengedar narkoba, dan orang yang mendistribusikan pornografi anak.
AFP melaporkan pada Rabu (28/8) bahwa Durov kini sedang diselidiki atas “tindakan kekerasan yang mengerikan” terhadap salah satu anaknya. Anak tersebut merupakan seorang putra yang lahir pada tahun 2017 dan kini tinggal bersama ibunya di Swiss.
Ibu anak laki-laki tersebut mengajukan pengaduan di Swiss pada tahun 2023. Dia menuduh mantan pasangannya melakukan kejahatan kekerasan terhadap putra mereka.
Namun penyelidikan atas tuduhan tersebut akhirnya dibuka oleh badan perlindungan anak Prancis. Sumber mengatakan kekerasan kemungkinan besar akan terjadi di Paris.
Belum ada informasi lebih lanjut mengenai perkembangan kasus ini. Namun, menurut Telegram, kasus tersebut dilimpahkan ke pengadilan setelah Durov diinterogasi penyidik dalam tahanan selama empat hari.
Banding dikatakan telah dilakukan sebelum tuntutan diajukan. CNN melaporkan Rabu (28/8) bahwa kantor kejaksaan Paris mengatakan Pavel Durov akan diinterogasi di pengadilan di ibu kota Prancis dan “mungkin akan didakwa.”
Aplikasi Durov dan kurangnya moderasi konten juga mendapat sorotan karena digunakan oleh kelompok teroris dan ekstremis sayap kanan.
Dia ditahan hingga 96 jam, waktu maksimum seseorang dapat ditahan berdasarkan hukum Prancis sebelum didakwa.
Telegraph diluncurkan pada tahun 2013 oleh Durov dan saudaranya Nikolai. Menurut postingan Durov pada bulan Juli 2024, aplikasi ini kini memiliki lebih dari 950 juta pengguna, menjadikannya salah satu platform perpesanan yang paling banyak digunakan di dunia.
Obrolan di aplikasi dienkripsi, artinya lembaga penegak hukum – dan Telegram sendiri – hanya memiliki sedikit pengawasan terhadap apa yang diunggah pengguna di sana.
Durov lahir di Uni Soviet pada tahun 1984 dan dikenal sebagai ‘Mark Zuckerberg dari Rusia’ di usia dua puluhan. Dia meninggalkan negara itu pada tahun 2014 dan sekarang tinggal di Dubai, tempat Telegram berkantor pusat, dan juga memegang kewarganegaraan Prancis.
(AFP/Kris)
Tinggalkan Balasan