Menu

Mode Gelap

Ekonomi · 28 Jul 2024

Malaysia Ikuti RI Kenakan Bea Anti Dumping Produk China


					Malaysia Ikuti RI Kenakan Bea Anti Dumping Produk China Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Malaysia ‘bicara’ soal sikap pemerintah Indonesia yang mengenakan bea masuk antidumping (BMAD) terhadap barang-barang China.

Bloomberg melaporkan bahwa Kementerian Perdagangan Malaysia sedang meninjau undang-undang anti-dumping di negara tersebut. Rencananya perubahan terkait aturan tersebut akan dibawa ke parlemen pada tahun 2025.

Terkait dengan negara tetangga Indonesia, hal ini mempunyai alasan sebagai berikut. Mereka prihatin dengan fenomena “banjir” produk China yang merugikan bisnis lokal.

“Pemerintah mendukung usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) dari dampak perdagangan yang tidak adil menyusul masuknya impor murah dalam skala besar dari banyak negara, termasuk Tiongkok,” kata Wakil Menteri Perdagangan Liu Chen. Bahasa, dikutip Kamis (25/7).

Dalam pertemuan antar pemangku kepentingan di Malaysia, Wakil Menteri Perdagangan Liu menerima pertanyaan dari Senator Lu Qian Chuan, yang merupakan ketua Asosiasi Kamar Dagang dan Industri Tiongkok Malaysia. Liu ditanya tentang upaya pemerintah menghentikan masuknya barang impor.

Wakil Menteri Perdagangan Liu mengklaim bahwa 9 tindakan anti-dumping telah diambil terhadap masuknya barang-barang Tiongkok. Proses ini dilakukan pada tahun 2015-2023 yang bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan Malaysia menyatakan siap bekerja sama dengan pengusaha lokal. Hal ini termasuk mengkaji dampak produk Tiongkok terhadap produk buatan Malaysia.

Pemerintah Malaysia mengatakan sasarannya tidak hanya satu negara. Di sisi lain, Liu menegaskan kualitas produksi barang dalam negeri juga harus ditingkatkan agar lebih kompetitif.

“Beijing adalah mitra dagang terbesar Kuala Lumpur. Kerja sama Tiongkok-Malaysia dapat memberikan manfaat bagi pengusaha lokal melalui rantai pasokan dan peluang bisnis,” tegasnya.

Perdagangan antara Malaysia dan Tiongkok meningkat sebesar 5,9% dari Januari 2024 hingga April 2024. Total perdagangan kedua negara mencapai $29,8 miliar atau Rp484,87 triliun (dengan asumsi nilai tukar Rp16.271/USD) dibandingkan periode yang sama tahun 2023. .

Di Indonesia, membanjirnya barang impor dari Tiongkok menjadi permasalahan. Faktanya, banyak produk yang disebut-sebut diimpor secara ilegal sehingga membuat produk lokal kalah saing.

Selain BMAD, Indonesia juga mengenakan bea masuk pengamanan (BMTP). Menteri Perdagangan Zulkifli Hassan mengatakan kedua tarif impor ini akan fokus pada 7 jenis produk.

Ketujuh produk tersebut adalah Produk Tekstil (TPT), Pakaian Jadi, Keramik, Alat Elektronik, Produk Kecantikan, Produk Tekstil Jadi, dan Alas Kaki.

(Minggu/Agustus)

Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Rupiah Tertekan ke Rp16.228 Pagi Ini Imbas Kondisi Politik AS

20 September 2024 - 04:15

Melihat Besaran Gaji PNS Kementerian Keuangan

19 September 2024 - 19:14

Telin dan Indosat Business Berkolaborasi Lewat Platform NeuTrafiX

19 September 2024 - 09:14

Trending di Ekonomi