Jakarta, jurnalpijar.com —
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali menyelenggarakan StartUp for Industry pada tahun ini. Tujuannya untuk mempertemukan pengusaha dengan investor dari dalam dan luar negeri.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Reni Yanita mengatakan, industri manufaktur masih menjadi andalan utama dalam menunjang pembangunan perekonomian negara.
Namun, kata dia, dalam masa relaksasi impor, sektor tersebut harus meningkatkan kapasitasnya sehingga perlu ada upaya untuk melakukan perubahan teknologi.
Oleh karena itu, industri dituntut untuk terus mengembangkan inovasi-inovasi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar, meningkatkan nilai tambah, dan menyesuaikan biaya produksi, ujarnya pada Konferensi StartUp Industri di Kementerian Perindustrian, Jumat (21/6). ).
Menurut Reni, StartUp for Industry telah berjalan sejak tahun 2018 dan telah banyak membantu usaha kecil di tanah air. Selain itu, pekerjaan ini merupakan salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yakni industri, inovasi, dan infrastruktur.
“Hal ini, untuk mengatasi tantangan dunia dan menciptakan industri yang berkelanjutan, mendorong penerapan hal-hal baru menjadi salah satu strateginya,” ujarnya.
Reni melanjutkan, upaya protektif untuk melindungi industri dalam negeri tidak hanya sebatas larangan impor. Namun penggunaan teknologi juga semakin ditingkatkan sehingga industri bisa lebih efisien dan efektif.
“Saya mengajak para pimpinan perusahaan atau organisasi di sini untuk ikut berdiskusi secara mendalam agar dapat mengidentifikasi kebutuhan industri serta mengetahui potensi dan peluang solusi bagi startup Indonesia,” ujarnya.
Dalam pelaksanaan proyek ini, Kementerian Perindustrian bekerja sama dengan Asosiasi Industri Indonesia (Starfindo). Terdapat 120 kandidat yang telah mendapatkan bimbingan untuk memenuhi standar dan kebutuhan bisnis dunia industri.
Senada, Kepala Departemen Investasi Starfindo Maulana Wiga mengatakan tahun ini ada sekitar 45 perusahaan investasi di Asia Tenggara yang akan berpartisipasi dalam inisiatif penciptaan lingkungan industri. Investasinya diperkirakan mencapai 100 juta dolar AS atau sekitar Rp16 triliun.
“Saat ini nilainya sekitar 20 persen dalam sistem (dari target) yang didapat perusahaan rintisan dengan bantuan Kementerian Perindustrian,” ujarnya.
(ldy/Agustus)
Tinggalkan Balasan