Menu

Mode Gelap

Ekonomi · 11 Sep 2024

3 Penyebab Daya Beli Orang Indonesia Melemah Versi Bos BCA


					3 Penyebab Daya Beli Orang Indonesia Melemah Versi Bos BCA Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com –

Jahja Setiatmadja, Presiden dan Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), memperkirakan setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat.

Pertama, menurut Jahja, maraknya perjudian online (Judol) menyebabkan masyarakat kehilangan banyak uang.

“Orang-orang putus asa, Judol. Bahkan bank pun diambil alih. Cara Judolnya e-wallet, banyak uangnya yang tidak bisa dilacak. Itu menghancurkan daya beli masyarakat,” kata Jahja saat menghadiri BCA. UKM Fest di Kota Casablanca Mall, Rabu (7 Agustus).

Kedua, pengurangan diskon saat belanja online. Jahja mengatakan, platform belanja online banyak memberikan diskon dalam beberapa tahun terakhir.

Fenomena ini juga dikenal sebagai cash burn yang disebabkan oleh e-commerce yang mendorong pembelian impulsif.

“Bakar uang, bakar Rp 80 triliun di 2022, manfaatkan kelas menengah, tapi banyak kelas bawah yang mendapat pendapatan, ada subsidi daya beli tidak langsung,” kata Jahja.

Namun diskonnya kini mulai berkurang. Dampaknya masyarakat harus berbelanja online dengan harga lebih mahal. Oleh karena itu daya beli menurun.

Ketiga, jumlah pinjaman online ilegal (Pinjol) semakin berkurang. Jahja mengatakan, pinjol ilegal banyak terjadi di Indonesia saat negara sedang dilanda Covid-19.

Inilah sebabnya mengapa banyak orang meminjam uang. Jahja mencontohkan seseorang yang mampu meminjam uang dari 20 pinjaman sekaligus.

Hal ini terjadi karena lubang digali untuk menutupi lubang tersebut. Dengan kata lain, jika dia gagal membayar satu pinjaman, dia akan meminjam pinjaman lain untuk membayar tagihannya.

Di sisi lain, hal ini tentu merugikan masyarakat. Namun daya beli tidak langsungnya sangat kuat.

Namun saat ini pinjol ilegal sudah diberantas oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini juga menghancurkan daya beli.

Terjadi penurunan daya beli di dalam negeri. Ada beberapa faktor pendukungnya, yang pertama adalah inflasi yang tercatat selama tiga bulan berturut-turut. Kedua, penurunan output manufaktur menyebabkan indeks manajer pembelian manufaktur bergerak ke wilayah menurun.

Ketiga, lemahnya permintaan menyebabkan banyak PHK, membatasi produksi dan mengurangi ekspor.

Data Mandiri Shopping Index menunjukkan belanja konsumen kelas menengah senilai Rp1 juta hingga Rp10 juta turun dari 100 pada Januari 2023 menjadi 96,6 pada Mei 2024.

Fenomena konsumsi tabungan yang paling dalam terjadi pada bulan April 2024, yakni pada tahun 1990-an.

Menurut Bank Negara, indeks daya beli kelas menengah turun menjadi 122,7 pada Mei 2024 dari 130 pada Januari 2023.

Kita bisa melihat tanda-tanda melemahnya daya beli akibat inflasi selama tiga bulan terakhir. Inflasi sebesar -0,03 persen (year-on-year) di bulan Mei, -0,08 persen di bulan Juni, dan -0,18 persen di bulan Juli.

(sfr/sfr)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Rupiah Tertekan ke Rp16.228 Pagi Ini Imbas Kondisi Politik AS

20 September 2024 - 04:15

Melihat Besaran Gaji PNS Kementerian Keuangan

19 September 2024 - 19:14

Telin dan Indosat Business Berkolaborasi Lewat Platform NeuTrafiX

19 September 2024 - 09:14

Trending di Ekonomi