Jakarta, jurnalpijar.com —
Jurnalis yang meliput agresi Israel di Gaza terpaksa menghadapi terbatasnya akses terhadap sensor Zionis dan buruknya komunikasi antar warga Palestina untuk berbagi informasi dari lapangan. Apa solusinya?
Sekarang mereka menggunakan metode lain untuk melawan keheningan ‘Izra-neraka’; menggunakan podcast yaitu.
Israel membatasi ketat jurnalis untuk memberikan informasi tentang apa yang terjadi di Jalur Gaza hingga Rafah. Apalagi ketika situasi agresi terus berlanjut dan tidak terlihat adanya akhir.
Kantor berita Al Jazeera, yang memiliki staf di Jalur Gaza sejak sebelum perang, membuat podcast berita harian Al Jazeera, The Take, untuk melaporkan agresi Israel di seluruh dunia.
“Karena terbatasnya akses, Al Jazeera menjadi target bagi Gaza. Hal ini menempatkan tanggung jawab besar di pundak semua orang,” Alex Locke, produser eksekutif The Take, seperti dikutip The Verge pada Senin (3/6).
Al Jazeera menyiarkan sebagian besar liputan perangnya di podcastnya; menayangkan berita situasi, kisah kemanusiaan dan mengindikasikan bahwa situasi keamanan di wilayah Gaza semakin buruk.
“Saat Anda mendengarkan sambil mengemudi atau mencuci piring, lalu Anda berhenti karena mendengar air mata atau mendengar seperti apa suara serangan udara, ada sesuatu yang begitu kuat sehingga tidak ada rekaman yang bisa menyembunyikannya,” kata presenter Snemite Malika. Bilal.
Podcast lain juga menjadi sarana bagi warga Gaza untuk menyuarakan ketakutan mereka terhadap perang yang sedang berlangsung.
Tersedia di Apple Podcasts dan Spotify, The Restless Podcast menceritakan kisah Hammad yang berjuang mengeluarkan keluarganya dari Gaza.
Berkat podcastnya, Hammad bisa berbagi informasi tentang penyelamatan keluarga di Jalur Gaza dari bahaya.
“Orang-orang benar-benar menaruh perhatian saat ini, dan saya kagum bahwa jurnalisme bisa memberikan dampak sebesar itu,” kata reporter dan podcaster Voice, Ilana Levinson.
Ternyata media atau jurnalis Israel juga melakukan hal serupa.
Daniel Estrin, koresponden internasional National Public Radio (NRI), awalnya bisa melaporkan kejadian di Gaza. Sensor IDF
Namun, jangkauannya telah berkurang sejak awal perang, yang berarti hanya Pasukan Keamanan Israel yang dapat melakukan penyelidikan lapangan di bawah arahan IDF.
Reporter dan fotografer Anas Baba juga mengalami hal serupa, menceritakan kisah terputusnya komunikasi.
Situasi ini tentu saja mendorong para jurnalis untuk lebih aktif dalam praktik menyebarkan beritanya.
Kemudian mereka memutar otak dan akhirnya memutuskan untuk merilis podcast, tayangan audio yang lebih fleksibel dibandingkan radio dan lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Semuanya dimulai dengan Israel Story, sebuah acara radio yang dikenal sebagai Israel This American Life.
Mereka kerap mengangkat isu-isu non-politik. Segera setelah tanggal 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangannya, mereka mulai mengirim produser ke lokasi-lokasi terpencil untuk mengumpulkan pandangan para korban perang Gaza di Israel.
Hasilnya adalah podcast War Diaries, yang mengumpulkan lebih dari empat lusin episode wawancara audio dengan warga yang terkena dampak perang.
(rni/dmi)
Tinggalkan Balasan