Jakarta, jurnalpijar.com —
Kementerian Luar Negeri Turki mengutuk keras serangan Rabu (31/7) di Teheran, Iran, yang menewaskan Ismail Hanih, kepala kantor politik Hamas.
Dalam keterangan resminya, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan pembunuhan “keji” Hanih menunjukkan bahwa pemerintah Israel tidak berniat mencapai perdamaian di Timur Tengah.
Kementerian Luar Negeri Turki menuduh Israel berusaha meningkatkan konflik Gaza ke tingkat regional dengan menyerang kediaman Haniyeh di Teheran.
Kementerian Luar Negeri Turki telah memperingatkan bahwa jika komunitas internasional tidak segera mengambil tindakan untuk menghentikan Israel, Timur Tengah akan menghadapi konflik yang jauh lebih besar.
“Turki akan terus mendukung tujuan yang benar bagi rakyat Palestina,” pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki mengutip Anadolu Agency.
“Kami menyampaikan belasungkawa kami kepada rakyat Palestina yang mengorbankan ribuan pejuang seperti Hanih untuk hidup damai di negaranya,” kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
Ismail Haniyah dinyatakan tewas dalam penyerangan di kediamannya di Teheran pada Rabu (31/7) pagi. Hamas menuduh Israel berada di balik serangan ini.
Haniyeh berada di Teheran sejak Selasa (30/7) untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Massoud Pezheskian. Ia juga bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
“Pemimpin, saudara, pemimpin gerakan teroris ini, Mujahid Ismail Hanih, tewas dalam serangan Zionis di Teheran setelah menghadiri pelantikan presiden baru Iran,” demikian pernyataan Hamas yang dikutip AFP.
Sementara itu, IRGC mengatakan salah satu pengawal Hanieh juga tewas dalam serangan itu.
“Ismail Haniyeh, kepala kantor politik kelompok perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran. Akibat insiden itu, dia dan salah satu pengawalnya terbunuh,” kata IRGC.
Ismail Hanih menjabat kepala kantor politik Hamas sejak 2017 menggantikan Khaled Meshaal. Haniyeh menjadi selebriti setelah menjadi Perdana Menteri Palestina pada tahun 2006, menyusul kemenangan Hamas dalam pemilihan parlemen.
Haniyah tinggal di pengasingan dan berpindah antara Turki dan Qatar. Dia bergabung dengan Hamas pada tahun 1987 selama Intifada Pertama.
Pada saat agresi Israel terhadap Palestina, keluarga Hanieh juga menjadi sasaran penyerangan. Tiga anak dan empat cucu Hanieh dibunuh Israel pada April lalu. (blq / baca)
Tinggalkan Balasan