Jakarta, jurnalpijar.com –
Pembangunan infrastruktur pada masa kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) menjadi suara baru bagi investor dalam dan luar negeri untuk berinvestasi di berbagai proyek di Tanah Air.
Hal ini terbukti melalui investasi yang terdaftar di Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang terus meningkat setiap tahunnya.
Pada tahun 2014, nilai investasi Indonesia sebesar Rp 463,1. Sedangkan pada triwulan IV tahun 2014 saat Pak Jokowi menjabat mencapai 120,400 miliar dolar.
Pada tahun 2015, total nilai investasi mencapai 545,4 miliar dolar. Begitu pula pada tahun-tahun berikutnya yang mencapai Rp612,8 juta pada tahun 2016, Rp692,8 juta pada tahun 2017, Rp721,3 juta pada tahun 2018, dan Rp809,6 juta pada tahun 2019.
Selain itu, pendapatan investasi meningkat menjadi Rp826,3 juta pada tahun 2020, Rp901 juta pada tahun 2021, Rp1.207,2 juta pada tahun 2022, Rp1.418,9 juta pada tahun 2023 dan triwulan I tahun 2024 mencapai Rp829,9 juta.
Jika ditotal, total investasi pada periode pemerintahan Jokowi Oktober 2014 hingga Juni 2024 mencapai 8.685,6 triliun. Sedangkan khusus pada periode kedua pemerintahan Jokowi, jumlah uangnya sekitar 5.913,3 triliun.
Menteri Investasi/Ketua DPR BKPM Rosan Perkasa Roeslani meyakini nilai investasi akan terus meningkat hingga masa jabatan Pak Jokowi. Sebab, diperkirakan hingga September 2024 saja, pendapatan investasi bisa mencapai 6,350 triliun.
Pada Senin (30/9), Rosan mengatakan, “rata-rata investasi meningkat 18 persen per tahun.”
Lantas, benarkah pembangunan infrastruktur di masa pemerintahan Jokowi bisa mendatangkan investasi?
Berdasarkan data BKPM, penanaman modal dalam negeri didominasi oleh proyek pembangunan infrastruktur dan jasa. Bahkan, sektor ini selalu masuk dalam lima sektor pertama yang mendapat investasi terbanyak.
Misalnya, pada tahun 2020, infrastruktur dan jasa menduduki peringkat pertama sebagai sektor yang menerima dana terbanyak dari dalam dan luar negeri. Nilainya mencapai Rp458,6 atau 55,5 persen dari total investasi tahun itu.
Sementara pada tahun 2021, nilai investasi infrastruktur dan jasa mencapai 442,400 miliar dolar. Bahkan pada tahun-tahun berikutnya, nilai investasi pada sektor ini terus meningkat.
Pada tahun 2022, nilai investasi infrastruktur dan jasa mencapai Rp496,9 dan pada tahun 2023 sebesar Rp567,1. Sedangkan pada triwulan I tahun 2024 nilainya mencapai 342,8 triliun.
Selain infrastruktur dan jasa, sektor lain yang cenderung menerima investasi besar adalah industri manufaktur atau pengolahan; pertambangan; tanaman pangan, tanaman dan peternakan; hutan; dan memancing. Kunci Investasi Jokowi
Presiden Jokowi sempat menyatakan niatnya untuk membangun banyak proyek infrastruktur karena dapat mendongkrak perekonomian Indonesia, termasuk meningkatkan investasi dalam negeri.
“Infrastruktur adalah kunci untuk menarik investasi, tetapi juga akan menurunkan biaya peralatan,” kata Jokowi.
“Jadi kemajuan itu akan kemana-mana, tidak hanya pada satu orang, tapi ke mana-mana,” lanjutnya.
Menurut Pak Jokowi, dampak utama pembangunan infrastruktur adalah meningkatkan persaingan dunia usaha di Indonesia. Hal inilah yang bisa membuat investor percaya diri berinvestasi di Indonesia.
Ia menjelaskan: “Kita tahu, sejak dibangunnya infrastruktur ini, indeks daya saing global kita meningkat, dari 34 menjadi 27. Daya saing itulah yang ingin kita capai dari pembangunan saat ini, selain manfaat infrastruktur bagi masyarakat.”
Ia menambahkan: “Kalau jaringannya bagus, kalau infrastrukturnya tidak bagus, maka investor mana pun yang mau datang ke Indonesia tidak akan bisa datang.”
Oleh karena itu, Pak Jokowi menyampaikan bahwa pembangunan infrastruktur pada masa kepemimpinannya merupakan proyek utama dan dampak yang disebutkan di atas sudah terlihat sekarang.
Salah satunya adalah menurunkan biaya transportasi dari 24% menjadi 14%. Demikian pula dengan tingkat inflasi, yang dulunya berada pada kisaran 8-11 persen, kini bisa berada pada level 3 persen.
Selain itu, penanaman modal dalam negeri mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Misalnya, hal ini dapat menciptakan lapangan kerja yang berdampak pada perekonomian lokal.
Berdasarkan statistik BKPM, investasi pada tahap kedua Pak Jokowi mampu menarik 7.188.479 tenaga kerja Indonesia dan rata-rata 1.437 orang per tahun.
Keuntungan lainnya adalah adanya pemerataan investasi. Dulu investasi hanya terfokus di Pulau Jawa, namun kini pulau-pulau lain sudah lebih banyak menerima investasi, baik dari dalam maupun luar negeri.
Misalnya pada tahun 2021-2022, Provinsi Riau bisa masuk dalam 5 provinsi dengan nilai tertinggi di Indonesia. Nilainya mencapai Rp 53,1 triliun pada tahun 2021 dan Rp 82,5 juta pada tahun 2022.
Sementara itu, Sulawesi Tengah menjadi salah satu dari 5 provinsi dengan nilai investasi tertinggi di Tanah Air pada tahun 2022-2024. Persepsi ini juga terkait dengan kebijakan industri rendah yang diterapkan provinsi tersebut.
Tercatat, nilai investasi di Sulteng mencapai Rp 111,2 triliun pada tahun 2022, Rp 112 triliun pada tahun 2023, dan Rp 59,8 triliun pada triwulan I tahun 2024.
Sementara dari segi proyek, salah satu proyek infrastruktur berskala besar yang dikembangkan untuk menarik investasi adalah Ibu Kota Negara Republik Indonesia (IKN). Hingga 10 Oktober 2024, total investasi mencapai Rp58,41 juta atau 58% dari target Rp100 juta.
Edi Sopyan, warga suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur, meyakini proyek besar IKN tidak hanya mendatangkan investasi bagi negara, tapi juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.
“Kami berharap IKN terus memberikan dampak khususnya bagi masyarakat Kalimantan,” kata Edi.
Dalam kasus Edi, Eka, warga Balikpapan, masih meyakini IKN tidak hanya mendatangkan investasi, tapi juga menjadikan IKN Indonesia sebagai simbol global.
“Kami berharap IKN terus maju, berkembang, dan menjadi simbol Indonesia bersih dan sehat,” kata Eka. Melahirkan Unicorn dan Decacorn
Keberhasilan pembangunan infrastruktur dalam menarik investasi mendominasi modal Indonesia, termasuk perusahaan startup. Maka tak heran jika startup di Indonesia semakin bertambah satu per satu.
Padahal, menurut statistik Kementerian Perekonomian dan Perekonomian, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia sebagai negara dengan jumlah startup terbanyak, yakni sebanyak 2.664 startup pada Agustus 2024.
Di antara ribuan perusahaan startup tersebut, terdapat 15 perusahaan yang berstatus sama yaitu disebut startup dengan nilai lebih dari 1 miliar dollar AS dan 2 perusahaan berstatus decacorn atau startup dengan nilai lebih dari 10 miliar dollar AS.
Beberapa diantaranya adalah Gojek, Traveloka, Tokopedia, Bukalapak, OVO, J&T Express, Blibli.com, Xendit, Ajaib, Kopi Kenangan, Akulaku, DANA, Kredivo Holdings, dan eFishery.
Indonesia hanya tertinggal dari Australia dengan 2.926 bola, Kanada 3.998 bola, Inggris 7.329 bola, India 17.062 anak, dan Amerika Serikat 80.639 anak.
Terkait jumlah startup di Indonesia, pemerintah menyebutkan kontribusi startup terhadap produk dalam negeri (PDB) atau perekonomian nasional akan mencapai sekitar 4,6 persen pada tahun 2024. Sementara itu, nilai investasi pada proyek startup akan sekitar 4,6 persen. . Rp 22 miliar. pada tahun 2023.
Menurut Pak Jokowi, kontribusi ekonomi terhadap perekonomian Indonesia akan terus meningkat di masa depan. Hal ini sejalan dengan nilai ekonomi digital yang diperkirakan mencapai 330 miliar dolar AS di Asia Tenggara pada tahun 2025.
Pada saat yang sama, nilai ekonomi digital di Indonesia diperkirakan mencapai 146 miliar dolar AS pada tahun 2025, diperkirakan tumbuh 20% per tahun.
Bapak Budi Arie Setiadi, Menteri Komunikasi dan Media menyampaikan bahwa: Indonesia memiliki banyak peluang dalam sistem melalui inisiatif dan penerapan anak negeri.
Bapak Budi Arie mengatakan: Indonesia adalah salah satu negara paling produktif di dunia.
Budi Arie pada konferensi Creativepreneur 2024 yang diadakan di Jakarta Center (JCC) mengatakan: “Menurut jumlah startup di dunia, Indonesia merupakan negara startup terbesar kedua, Minggu (25/8), dilansir Detikcom.
Ditambahkannya: “Artinya ada passion, ada ide, ada keinginan, ada kemauan, tergantung startupnya besar atau tidak, itu pertanyaan lain”.
(harapan)
Tinggalkan Balasan