Jakarta, Indonesia –
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menegaskan, tidak ada tempat untuk melamar Temu di Indonesia. Platform e-commerce dinilai menjadi tantangan besar bagi usaha kecil, menengah, dan mikro (UMKM).
“Kami masih melarang [Temu bekerja di Indonesia]. Kalau dibiarkan, UMKM kita akan hancur,” kata Budi Arie, Selasa (1/10).
Budi menegaskan, Temu tidak bisa masuk ke pasar Indonesia karena mengancam ekosistem UMKM di Indonesia. Pasalnya, platform belanja online ini menghubungkan konsumen dengan produsen.
Artinya tidak ada vendor, mitra, dan pihak ketiga dalam rantai pasokan, sehingga menjadikan UMKM sangat rentan. Selain itu, harga yang ditawarkan aplikasi ini juga mahal.
Budi menjelaskan, “Hal ini tidak dapat dimaklumi karena ekosistem khususnya UMKM di Indonesia.”
“Kami tidak akan memberi kesempatan kepada mereka. Perusahaan akan bangkrut, kami ingin menjadi ruang digital bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak,” lanjutnya.
Sebelumnya, Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menyebutkan permintaan Temu dari China akan didaftarkan sebanyak tiga kali di Indonesia.
Temu terdaftar melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Namun pendaftaran Temu tidak sah karena menggunakan nama usaha.
“Temu mendaftar ke Kemenkum HAM untuk haknya dikeluarkan mulai September 2022. Jadi sejak 7 September, dia sudah mencoba menandatangani instrumen itu sebanyak tiga kali. Tapi kemungkinan besar sudah ada yang memilikinya di Indonesia.” seperti yang disampaikan Menteri Staf Khusus Pengembangan Perekonomian Kreativitas Fiki Satari dalam jumpa pers, awal Agustus lalu.
Fiki mengatakan Temu masih berupaya masuk ke Indonesia dan sudah mengajukan banding ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Namun, Fiki mengatakan model bisnis yang menghubungkan industri dan konsumen tidak sejalan dengan kebijakan perdagangan Indonesia.
Di hari yang sama, CEO Smesco Indonesia Wientor Rah Mada mengatakan jika Temu masuk ke Indonesia, perusahaan kecil dan menengah di Tanah Air bisa terganggu. Pasalnya Temu menawarkan produk dengan harga yang sangat terjangkau.
Ia melanjutkan, bahkan di negara lain seperti Thailand dan Amerika Serikat (AS), Temu menawarkan harga hingga 90 persen.
“Kami menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus mereka menawarkan diskon 0 persen. Di AS mereka menawarkan diskon 0 persen. Jadi pembeli tinggal membayar ongkos kirimnya,” kata Wientor.
“China sudah membuat ketakutan yang sangat besar, jika kita membiarkan UMKM kita masuk, mereka pasti mati,” ujarnya.
Temu adalah perusahaan perangkat lunak yang berbasis di Boston, Amerika Serikat (PDD Holdings).
Seperti situs e-niaga lainnya, aplikasi ini memungkinkan pelanggan mencari dan membeli barang dalam berbagai kategori, termasuk elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, dan aksesori. Namun Temu memiliki koneksi yang baik dengan 80 pabrik di Tiongkok.
Aplikasi ini tersedia gratis untuk diunduh dan digunakan di perangkat Android dan iOS. (lom/dmi)
Tinggalkan Balasan