Jakarta, jurnalpijar.com —
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menilai penurunan penjualan mobil baru tahun ini. Lalu lintas negatif diyakini disebabkan oleh fakta bahwa beberapa mobil baru mulai bermunculan dan dampak dari kebijakan EV.
“Saya pikir masyarakat masih menunggu pemerintahan baru bekerja dan ketersediaan mobil baru relatif fluktuatif saat ini karena mereka berspekulasi apakah mereka harus beralih ke mobil listrik atau bagaimana.” Masalahnya, mereka tidak mau terlalu banyak. Aksi,” kata Ketua Umum AAUI Budi Herawan, di Bali, Kamis (22/8), dilansir Antara.
Di Indonesia, presiden akan berganti pada 20 Oktober. Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan keluar akan menggantikan Prabowo Subianto, yang akan menjabat mulai akhir tahun ini hingga 2029.
Beberapa merek mengalami krisis mobil baru, seperti BYD yang baru bisa mendistribusikan unit pada Juni karena kendala impor.
Budi menjelaskan, perlambatan penjualan mobil baru berdampak pada pendapatan premi asuransi tahun ini yang diperkirakan turun hingga lima persen.
“Kami memperkirakan penurunan premi bruto hampir lima persen pada kuartal II-2024,” kata Budi.
Berdasarkan data AAUI Januari-Maret (kuartal I), pendapatan premi asuransi mencapai Rp 32,7 triliun. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2023 yang tercatat Rp 26 triliun.
Pendapatan tersebut meliputi bisnis real estate Rp9,59 triliun, bisnis otomotif Rp5,91 triliun, dan asuransi kredit Rp4,94 triliun.
Sayangnya, Budi tidak membeberkan perubahan pendapatan premi dari kendaraan bermotor saja. Ia juga menjelaskan, data triwulan II (April-Juli) baru akan dipublikasikan dalam waktu dekat.
Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo), penjualan mobil baru pada kuartal I sebanyak 215.069 unit. Catatan ini turun 23,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Sementara penjualan ritel mobil baru juga turun sekitar 15 persen pada kuartal I menjadi 230.778 unit dari sebelumnya 271.423 unit. (Fea/Fea)
Tinggalkan Balasan