Jakarta, jurnalpijar.com —
Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat kelima ekspor di Indonesia. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran eksportir usaha kecil dan menengah (UKM) di Jawa Tengah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya terdapat 2.261 eksportir di Jawa Tengah yang sebagian besar merupakan pelaku UKM. Rinciannya mencakup 1.897 eksportir dengan nilai ekspor di bawah Rp50 miliar, 296 eksportir dengan nilai ekspor Rp50-500 miliar, dan 68 eksportir dengan nilai ekspor di atas Rp500 miliar.
Melihat potensi besar tersebut, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) kembali menggelar pertemuan dengan eksportir besar asal Jawa Tengah dalam acara “Forum Ekspor LPEI 2024” di Semarang, Jawa Tengah pada Rabu (7/3).
Forum yang bertemakan “Tinjauan Pasar Ekspor Produk Unggulan Jateng” ini diselenggarakan oleh LPEI bekerjasama dengan DJPPR Kementerian Keuangan Jawa Tengah, Kementerian Bea dan Cukai serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah.
CEO LPEI Trade Development Maqin U. Norhadi mengatakan, acara tersebut digelar sebagai bentuk komitmen pihaknya untuk terus mendukung eksportir Jawa Tengah.
“LPEI mendukung pelaku ekonomi untuk meningkatkan ekspornya dengan menyediakan layanan seperti business match untuk memperluas akses pembeli internasional baik secara konvensional maupun digital,” kata Maqin seperti dikutip dalam laporannya, Rabu (7/10).
Sementara itu, distribusi ekspor Jateng saat ini didominasi oleh beberapa produk utama, seperti pakaian dan aksesoris bukan tenunan (20,18%), pakaian dan aksesoris rajutan (12,24%), serta alas kaki (11,01%).
Kemudian kayu dan produk kayu (9,98%), serta furnitur, lampu, dan lampion (7,20%). Diversifikasi ini menunjukkan kemampuan Jawa Tengah dalam menghasilkan berbagai macam produk yang dibutuhkan di pasar internasional.
Di antara produk-produk tersebut, Amerika Serikat menjadi negara ekspor utama Jawa Tengah dengan kontribusi sebesar 30,43%, disusul Tiongkok (7,66%), Jepang (6,51%), Singapura (6,49%) dan Belanda (5,6%). )
Selain itu, jumlah pembeli yang bekerjasama dengan eksportir Jateng terus meningkat, 22,25% di antaranya merupakan pembeli setia.
Hal ini menunjukkan kuatnya hubungan perdagangan antara Jawa Tengah dan beberapa negara dengan perekonomian terbesar di dunia serta kepercayaan pembeli internasional terhadap produk-produk Jawa Tengah.
Sementara itu, Rini Satriani, Ketua Tenaga Ahli Market Intelligence dan Lead Management LPEI, menganalisis pertumbuhan ekspor Jateng akan tetap stabil hingga tahun 2025 didukung oleh banyaknya produk unggulan.
“Ada peluang ekspor yang signifikan untuk beberapa produk pada tahun 2024, antara lain produk kayu senilai $2,20 miliar, produk furnitur berkualitas senilai $2,30 miliar, dan minyak atsiri untuk produk kecantikan diperkirakan mencapai $1,40 miliar,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, LPEI menjelaskan kerangka kerja dan dukungan LPEI terhadap UKM ekspor. UKM pengekspor dapat memanfaatkan berbagai skema kuota khusus ekspor (PKE) berdasarkan profil/karakteristik ekspor yang ada.
Ini termasuk PKE UKM (dirancang untuk UKM yang berorientasi ekspor), PKE Regional (untuk target pasar negara non-tradisional) dan PKE Trade Finance (dengan Skema Pertukaran Perdagangan).
Hingga Juni 2024, LPEI telah memberikan fasilitas PKE regional dengan ekspor ke lebih dari 40 negara sebesar Rp4,247 miliar, PKE Trade Finance sebesar Rp8,187 miliar dengan ekspor ke lebih dari 55 negara, dan PKE UKM sebesar Rp1,058 miliar. Mengekspor stok ke lebih dari 65 negara.
Salah satu pelaku ekonomi yang memperoleh manfaat pendanaan PKE LPEI adalah Margono Paper, produsen kertas bermotif (kertas bermotif warna) yang 90% produknya diekspor ke 50 negara di 5 benua.
Pendanaan PKE regional dari LPEI membantu bisnis Marcono Paper mengembangkan bisnisnya dengan mengikutsertakan negara ekspor non-tradisional.
Direktur Ekspor PT Margono Paper Ferianti Chandranta mengatakan Margono Paper membutuhkan tambahan modal kerja di tengah tingginya permintaan kertas mewah di seluruh dunia seiring dengan ditutupnya pabrik kertas mewah di Eropa dan Tiongkok akibat pandemi Covid-19.
Hal ini, kata Feriandi, membuka peluang bagi Marcono Paper untuk memperluas ekspor ke negara-negara baru dan ekspor berkelanjutan. Ia mengatakan kehadiran LPEI akan sangat bermanfaat bagi pelaku ekonomi yang berorientasi ekspor.
“Dukungan finansial LPEI dapat meningkatkan daya saing perusahaan untuk menembus pasar global, termasuk ekspor ke negara non-tradisional,” kata Frianti.
Sebab, LPEI menawarkan suku bunga yang sangat kompetitif, ujarnya. Hal ini dapat memperlancar arus kas dan menambah modal untuk membeli bahan baku.
“Hal ini pada akhirnya mendorong inovasi bisnis dengan menambah variasi produk,” kata Feriandi.
Pertemuan dengan UKM di Yogyakarta
LPEI juga mengadakan pertemuan dengan pelaku UKM pada tanggal 6 Juli 2024 di Yogyakarta. Pertemuan yang juga dihadiri oleh Direktorat KADIN Provinsi Jawa Tengah ini bertujuan untuk mempersiapkan UKM dan eksportir dalam mengakses platform digital yang dikembangkan dari LPEI.
“LPEI berkomitmen membantu produk lokal Indonesia menembus pasar internasional dan mendorong globalisasi berbagai produk Indonesia,” kata Maqin.
Menurutnya, melalui Program Pelatihan Eksportir Baru (CPNE) dan Desa Devisa, LPEI terus memberikan pendampingan dan pelatihan kepada eksportir baru serta memperkuat lingkungan ekspor.
“LPEI sedang mempersiapkan pasar yang dirancang untuk menjamin kemudahan dan ketersediaan layanan di lingkungan ekspor, yang akan mendorong pelaku ekonomi berorientasi ekspor untuk menjelajah global,” kata Maqin.
Lebih lanjut Maqin menjelaskan, pasar memungkinkan UKM untuk meningkatkan kinerja ekspornya dengan menggunakan informasi berdasarkan riset data dan teknologi digital dalam pengambilan keputusan di sektor ekspor.
Melalui kemajuan digital ini, LPEI mendorong eksportir besar di Jawa Tengah untuk mengembangkan program pelatihan yang diperlukan bagi diri mereka sendiri dan timnya.
Temuan penelitian ini membantu pembuat kebijakan dan regulator untuk meningkatkan ekosistem ekspor UKM. Temuan penelitian ini dapat diperluas ke negara-negara berkembang lainnya yang memiliki struktur ekonomi dan sistem hukum serupa.
(inci/inci)
Tinggalkan Balasan