Menu

Mode Gelap

Nasional · 28 Okt 2024

Aktivis Sindir NU-Muhammadiyah: Dipisahkan Qunut, Disatukan Tambang


					Aktivis Sindir NU-Muhammadiyah: Dipisahkan Qunut, Disatukan Tambang Perbesar

Yogyakarta, jurnalpijar.com —

Forum Aktivis Cik Di Tiro menggelar kegiatan simbolis di Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Gamping, Sleman, tempat Sidang Paripurna PP Muhammadiyah, Sabtu (27 Juli) sore.

Di tempat itu, tepatnya di Aula Majelis Masjid Walidah sebelah utara kampus, PP Muhammadiyah bersama pemerintah daerah se-Indonesia akan membahas langsung tawaran izin pertambangan pemerintah dalam paripurna.

Dalam acara tersebut, sekelompok aktivis membawa dua poster dan beberapa poster. Spanduk tersebut salah satunya berisi sindiran terhadap PP Muhammadiyah dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Spanduk itu bertuliskan “Qunut Terpisah, Tambang Bersatu”.

Sholat Qunut memang menjadi salah satu pembeda antara Muhammadiyah dan NU saat salat Subuh. Anggota NU mengumandangkan salat qunut, namun Muhammadiyah tidak.

Sementara PBNU diketahui sudah mendapat izin pengelolaan tambang tersebut, sedangkan PP Muhammadiyah akan mengumumkannya secara resmi dalam rapat paripurna pada 27-28 mendatang. Juni di Aula Majelis Masjid Unisa Walidah.

Pendiri forum, Cik Di Tiro Masduki menjelaskan, aksi simbolis tersebut meminta PP Muhammadiyah menolak tawaran pemerintah untuk menguasai tambang tersebut.

“Kami ingatkan kepada Muhammadiyah untuk tetap menjaga akal sehat, bahwa ormas mempunyai tugas sebagai masyarakat sipil, organisasi yang menguasai negara, pemerintahan dan berpihak pada kepentingan rakyat,” ujarnya usai aksi.

“Dalam kasus tambang ini, kita lihat ada tiga penyakit, ancaman atau tanda-tandanya. Yang pertama, ranjau yang merusak, kedua, ranjau yang menghancurkan, dan yang ketiga, ranjau yang menghancurkan,” sambungnya.

Masduki menjelaskan, bisnis pertambangan ini pada akhirnya akan menghancurkan kepengurusan ormas itu sendiri.

“Nah Nahdlatul Ulama rusak,” lanjutnya.

Ia melanjutkan, pertambangan telah menggerogoti hak-hak sipil warga negara. Menurut dia, banyak korban yang menjadi korban aktivitas penambangan tersebut.

Ketiga, mereka (ranjau) menghancurkan kekuatan-kekuatan alternatif, dalam hal ini Muhammadiyah-NU adalah masyarakat sipil dalam sistem demokrasi. Jadi percuma, lebih merugikan, ujarnya.

Dalam aksinya tersebut, Forum Cik Di Tiro mengirimkan pernyataan lengkap kepada panitia atas tuntutan penolakan dari pengelola pertambangan. Semoga nasehat ini dapat diberikan kepada PP Muhammadiyah.

Melalui kegiatan tersebut, salah satu peserta membakar Kartu Anggota Muhammadiyah (KTA).

“Sebagai simbol, kami merasa risih dengan kecenderungan PPKM yang akhir-akhir ini menerima izin pertambangan,” tutupnya.

Ketua DPD PP Muhammadiyah Azrul Tanjung sebelumnya mengumumkan organisasinya setuju menerima tawaran pemerintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengelola tambang tersebut. Keputusan itu diambil setelah rapat paripurna digelar pertengahan bulan ini.

Azrul mengatakan, pihaknya telah melakukan penyelidikan menyeluruh sebelum mendapatkan izin pertambangan. Merujuk pada kajian tersebut, Muhammadiyah siap memimpin dari sumur.

Azrul menjelaskan, Muhammadiyah berkonsultasi dengan para ahli sebelum mengambil keputusan tersebut. Mereka mencermati aspek hak ekonomi, bisnis, sosial, budaya, hukum, asasi manusia, dan lingkungan hidup selama tiga periode terakhir.

Pada akhirnya, Muhammadiyah menerima tambang tersebut karena Indonesia masih belum mampu melakukan transisi energi. Jika masyarakat berhenti bergantung pada batu bara, kata dia, dunia akan gelap.

Azrul memastikan, Muhammadiyah menambang dengan mempertimbangkan dampak lingkungan. Mereka sedang menjalankan program penambangan ramah lingkungan.

Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan, pihaknya akan menyampaikan sikap resmi mengenai izin pertambangan pasca konsolidasi nasional Muhammadiyah pada 27-28 mendatang. Juli.

Keputusan resmi PP Muhammadiyah tentang pengelolaan pertambangan akan diumumkan secara resmi setelah Konsolidasi Nasional yang insya Allah akan dilaksanakan pada 27-28 Juli di Universitas Aisyiyah Yogyakarta, ujarnya. (Selasa/Agustus)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Walkot Ajak Anak Muda Semarang Jadi Agen Ketahanan Pangan

6 November 2024 - 03:15

Muhadjir Kunjungi Brazil Belajar Program Makan Siang Gratis

5 November 2024 - 19:15

MKD Panggil Redaksi Tempo soal Berita Suap Kuota Haji di DPR

5 November 2024 - 13:16

Trending di Nasional