Jakarta, jurnalpijar.com –
Menteri Perekonomian Perdagangan Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia memiliki peluang merugi paling kecil dibandingkan negara lain.
Dia mengatakan, risiko Indonesia bangkrut hanya 1,5 persen.
“Dari banyak penelitian, penurunan ekonomi kita termasuk yang terendah di dunia dibandingkan negara lain. Meski kawasan Eropa 40 persen, Thailand 30 persen, tapi sedangkan Indonesia 1,5 persen,” ujarnya dalam Rakernas. Percepatan dan Pra-Evaluasi PSN di Hotel Park Hyatt, Jakarta Pusat, Selasa (14/5).
Berdasarkan pemaparan Airlangga, kemungkinan bisnis terbesar terjadi di Jerman adalah 60 persen. Disusul negara lain seperti Italia (55 persen), Afrika Selatan (40 persen), Australia (32,5 persen), Prancis (22,5 persen). Kemudian Korea Selatan (15 persen), Brasil (10 persen), Arab Saudi (10 persen), dan Malaysia (5 persen).
Airlangga mengatakan jika melihat indikator makro, kondisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lain. Salah satunya adalah inflasi yang terjaga pada level 3 persen, lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat (3,5%), Brazil (3,7%), Filipina (3,8%), Vietnam (4,4%), Meksiko (4,7%) . ), dan Afrika Selatan (5,3 persen).
Krisis keuangan Indonesia disebut hanya lebih tinggi dibandingkan Korea Selatan (2,9 persen) dan Jerman (2,2 persen).
Ia mengatakan, industri manufaktur juga mendapat dukungan. Hal ini terlihat pada Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur pada bulan April yang tercatat sebesar 52,9.
“Itu lebih baik dibandingkan banyak negara termasuk Amerika Serikat, Korea Selatan, Inggris, bahkan Jepang,” ujarnya.
Dulu, banyak negara yang berada di ambang kemunduran, seperti Jepang dan Inggris. Pertumbuhan ekonomi Jepang negatif selama dua kuartal berturut-turut, minus 3,3 persen secara tahunan (year-on-year) pada kuartal ketiga tahun 2023 dan turun 0,4 persen yoy pada tiga bulan berikutnya. Hal ini merupakan indikasi bahwa perekonomian negara sedang mengalami resesi.
Perekonomian Inggris juga mengalami ekspansi selama dua bulan berturut-turut. Pada triwulan III tahun 2023, perekonomian Inggris mengalami kontraksi sebesar 0,1 persendan berlanjut pada triwulan IV tahun 2023 yang minus 0,3 persen.
(fby/pta)
Tinggalkan Balasan