Menu

Mode Gelap

Ekonomi · 29 Mei 2024

Airlangga Klaim Peluang RI Masuk Jurang Resesi Hanya 1,5 Persen


					Airlangga Klaim Peluang RI Masuk Jurang Resesi Hanya 1,5 Persen Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com –

Menteri Perekonomian Perdagangan Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia memiliki peluang merugi paling kecil dibandingkan negara lain.

Dia mengatakan, risiko Indonesia bangkrut hanya 1,5 persen.

“Dari banyak penelitian, penurunan ekonomi kita termasuk yang terendah di dunia dibandingkan negara lain. Meski kawasan Eropa 40 persen, Thailand 30 persen, tapi sedangkan Indonesia 1,5 persen,” ujarnya dalam Rakernas. Percepatan dan Pra-Evaluasi PSN di Hotel Park Hyatt, Jakarta Pusat, Selasa (14/5).

Berdasarkan pemaparan Airlangga, kemungkinan bisnis terbesar terjadi di Jerman adalah 60 persen. Disusul negara lain seperti Italia (55 persen), Afrika Selatan (40 persen), Australia (32,5 persen), Prancis (22,5 persen). Kemudian Korea Selatan (15 persen), Brasil (10 persen), Arab Saudi (10 persen), dan Malaysia (5 persen).

Airlangga mengatakan jika melihat indikator makro, kondisi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara lain. Salah satunya adalah inflasi yang terjaga pada level 3 persen, lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat (3,5%), Brazil (3,7%), Filipina (3,8%), Vietnam (4,4%), Meksiko (4,7%) . ), dan Afrika Selatan (5,3 persen).

Krisis keuangan Indonesia disebut hanya lebih tinggi dibandingkan Korea Selatan (2,9 persen) dan Jerman (2,2 persen).

Ia mengatakan, industri manufaktur juga mendapat dukungan. Hal ini terlihat pada Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur pada bulan April yang tercatat sebesar 52,9.

“Itu lebih baik dibandingkan banyak negara termasuk Amerika Serikat, Korea Selatan, Inggris, bahkan Jepang,” ujarnya.

Dulu, banyak negara yang berada di ambang kemunduran, seperti Jepang dan Inggris. Pertumbuhan ekonomi Jepang negatif selama dua kuartal berturut-turut, minus 3,3 persen secara tahunan (year-on-year) pada kuartal ketiga tahun 2023 dan turun 0,4 persen yoy pada tiga bulan berikutnya. Hal ini merupakan indikasi bahwa perekonomian negara sedang mengalami resesi.

Perekonomian Inggris juga mengalami ekspansi selama dua bulan berturut-turut. Pada triwulan III tahun 2023, perekonomian Inggris mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen​​​​​​​​​​​​​dan berlanjut pada triwulan IV tahun 2023 yang minus 0,3 persen.

  (fby/pta)

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Kode Pamitan Sri Mulyani: I’m Gone

20 September 2024 - 14:14

Rupiah Tertekan ke Rp16.228 Pagi Ini Imbas Kondisi Politik AS

20 September 2024 - 04:15

Melihat Besaran Gaji PNS Kementerian Keuangan

19 September 2024 - 19:14

Trending di Ekonomi