Jakarta, jurnalpijar.com —
Mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, Kantika Mutiara Juhani, mengundurkan diri dari jabatannya sebagai penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Perguruan Tinggi (KIPK).
Keputusan ini diambil setelah Cantika viral di media sosial X, dan banyak netizen yang mengkritik Cantika karena menyuguhkan hal-hal yang dianggap mewah kepada penerima beasiswa.
Kantika merupakan mahasiswi asal Bandung, Jawa Barat. Pada tahun 2014, saat Kantika berusia 11 tahun, ayahnya meninggal karena kanker. Kepergian sang ayah menyebabkan memburuknya keadaan keuangan keluarga.
Ibu Kantika harus menghidupi ketiga anaknya dan membayar hutang untuk perawatan suaminya. Ia menjadi tulang punggung keluarga saat bekerja sebagai penjual pakaian di pasar Bandung.
Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 memperburuk situasi keuangan keluarganya. Bu Kantika harus membagi waktunya antara bekerja dan mengurus kedua anaknya yang masih kecil, sehingga ia tidak bisa berjualan pakaian secara maksimal.
Meski kondisi keuangannya terpuruk, Kantika ingin melanjutkan studinya ke universitas. Ia belajar siang malam untuk mencapai kampus impiannya.
Pada tahun 2021, Cantika mendaftar ke 10 perguruan tinggi negeri, namun tidak ada satupun yang berhasil.
Akhirnya harapan terakhir saya, saya melihat informasi tentang jalur otonom di undip yang sudah 0 rupee untuk KIPK, kata Kantika kepada CNNIndonesia.com.
Lanjutnya: “Saya mendaftar program Ondip secara mandiri dan Insya Allah diterima. Makanya saya bisa kuliah, karena ada program KIPK pemerintah, dan persyaratan KIPKnya banyak.”
Kantika mengatakan, banyak syarat untuk mendapatkan KIPK yang harus dipenuhi. Selama dua minggu, dia bolak-balik menemui rabi, rabi, dan rabi untuk mengobati SCM.
Di dalamnya juga disertakan slip penghasilan orang tua, foto rumah, foto keluarga, daftar harta benda, dan voucher pembayaran listrik rumah.
“Saya diminta untuk menulis gambaran tentang situasi keluarga saya,” katanya, “Saya menulis sejujur mungkin tentang situasi keluarga saya.”
Tak hanya itu, mekanisme seleksi beasiswa KIPK juga mengharuskan Kentika meminta kesaksian tetangga mengenai keadaan keluarganya. Empat tetangga Kentike menandatangani pernyataan yang ditandatangani.
“Pada dasarnya perlu banyak verifikasi untuk memastikan apakah anak ini layak atau tidak. Saya tidak berani berbohong karena datanya benar dan keluarga saya menyaksikannya,” kata Kantika.
Usai mengumumkan KIPK-nya, Kantika pun memindahkan perkuliahan daring pada semester satu dan dua akibat pandemi Covid-19.
Ketika epidemi berangsur mereda, kelas tatap muka dimulai pada semester ketiga. Keadaan ini membuatnya mencari penghasilan tambahan untuk membiayai hidupnya di Semarang.
Kantika memutuskan untuk bekerja di kafe dengan shift delapan jam. Namun kenyataannya tidak semulus ekspektasi. Gaji terlambat dibayarkan. Ia juga beberapa kali bolos kuliah karena tak punya uang untuk membayar ojek.
Pekerjaan ini menyebabkan nilai rata-rata (IPK) Kentucky turun dari 3,86 menjadi 2,75. Padahal, mahasiswa penerima KIPK wajib mempertahankan IPK minimal 3,00.
Pusat Layanan Pendanaan Pendidikan (Posledik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan perguruan tinggi wajib memberikan bantuan dan pelatihan selama dua semester kepada mahasiswa penerima KIPK yang IPK minimalnya tidak memenuhi persyaratan rinci.
Jika tidak ada perubahan prestasi akademik selama dua semester, maka universitas harus menawarkan pembatalan bantuan KIPK mahasiswanya.
Kantika khawatir IPKnya akan semakin turun sehingga mengancam nasib beasiswa KIPK-nya.
Seorang teman berbagi informasi tentang pekerjaan mereview produk kecantikan. Kantika pun tertarik menjajal peran tersebut. Seiring berjalannya waktu, jumlah pengikut di akun media sosialnya semakin bertambah. Cantika mulai mendapat endorsement dan kolaborasi dengan pemilik brand.
Menurut dia, sebagian besar produk kosmetik dan pakaian yang katanya mahal itu didapat melalui kerja sama dengan merek tertentu.
Ia menambahkan, “Aku jadi konten kreator dan aku ingin jadi terkenal atau apalah, bukan. Tapi itu untuk kebutuhanku dan adikku yang masih muda. Jadi untuk membantu perekonomian keluarga.”
Kantika juga menggunakan penghasilannya sebagai pembuat konten untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga dan mendidik kedua adik laki-lakinya yang diduga korban pelecehan KIPK.
Pada akhir April lalu, sebuah akun mengunggah tangkapan layar media sosial Instagram resmi Kentucky ke X. Warganet menuding Kantika menyalahgunakan dana hibah KIPK karena mampu membeli barang mewah.
Melalui akun media sosialnya, Kantika meminta maaf dan mengundurkan diri sebagai penerima beasiswa KIPK dengan alasan tidak mampu membayar Uang Kuliah Individu (UKT).
Surat pengunduran diri Kentika pun langsung diserahkan kepada Direktur Kemahasiswaan Ondip, Montefi.
“Orang-orang melihat saya mampu untuk UKT, gaya hidup, dan lain-lain. Makanya sebelum masalah ini bertambah parah, saya keluar dan berusaha bekerja agar bisa menghidupi diri sendiri sampai lulus kuliah,” kata Kantika.
Kantika mengatakan, keputusan menarik beasiswa KIPK didasarkan pada kemauannya sendiri. Namun dia tak memungkiri informasi yang tersebar di media sosial juga menjadi penyebabnya.
Beasiswa KIPK Cantika diberikan setiap enam bulan sekali sebesar Rp 950.000. Dana tersebut digunakan untuk menutupi biaya makanan, penginapan, transportasi dan misi sehari-hari. Dia membantah menyalahgunakan dana hibah KIPK.
“Saya tidak menggunakan KIPK untuk hedonisme. Sampai semester ini KIPK sangat membantu saya hidup,” tegasnya.
Setelah mengundurkan diri sebagai penerima hibah KIPK, Undip Cantika akan membantu biaya UKT. Menurutnya, Undip akan memberikan kelonggaran kepada UKT dengan kisaran pengembalian dana sekitar Rp500.000 hingga Rp1,5 juta.
Kini, Cantika menonaktifkan sementara akun media sosialnya. Dia menggunakan tabungannya untuk membiayai kehidupan sehari-harinya.
Dia berkata: “Di akun saya sendiri, Insya Allah saya bisa bekerja lagi di situs media sosial.”
Teman dekat Kentika yang enggan disebutkan namanya itu membantah tudingan netizen yang menyebut Kentika menyalahgunakan dana hibah KIPK.
Menurutnya, postingan Kantika di media sosial merupakan hasil dukungan.
“Jujur saja, apa yang dikatakan orang itu salah. Kalau dia mau beli sendiri, dia akan berpikir panjang, karena dia tahu langsung bagaimana keadaan dia dan keluarganya sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, Kantika menabung lebih dari uang hasil kerja kerasnya hingga akhirnya bisa membeli sesuatu untuk menunjang pekerjaannya sebagai pembuat konten.
“Barang-barang yang dilihat masyarakat itu bukan dibeli untuk sekedar kesenangan atau dorongan hati, tapi dipikirkan matang-matang akan digunakan untuk apa. Kesimpulannya, apa yang dikatakan warganet tentang teman saya itu tidak benar,” tegasnya.
Ia mengatakan Kantika bukanlah gadis yang gegabah dan selalu berusaha membantu ibu dan adik laki-lakinya.
“Dia sangat terguncang, bisa dibilang begitu. Dua minggu terakhir dia tampak sangat gugup karena terus-menerus dituduh oleh netizen yang bahkan tidak tahu bagaimana situasi sebenarnya. Jadi dalam beberapa minggu terakhir dia berkata, ‘Kami mencoba.’ yang terbaik adalah selalu ada di sana.’
Menurutnya, Kantika sempat stres karena memikirkan keadaan keluarganya serta takut ibu dan adiknya diserang netizen.
Baca halaman selanjutnya: Undip Tanggapi Mahasiswa Mundur dari KIPK
Tinggalkan Balasan