Jakarta, jurnalpijar.com –
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tyahaya Purnama alias Ahok membeberkan tips membantu seluruh warga menjadi peserta BPJS Kesehatan agar bisa mengakses layanan kesehatan.
Pertanyaan ini muncul untuk menjawab pertanyaan bagaimana warga yang memiliki BPJS Kesehatan bisa mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
Pertama, ia menceritakan pengalamannya saat menjabat Bupati Belitung Timur. Saat itu, pihaknya ingin BPJS Kesehatan bisa mendapatkan fasilitas kesehatan dengan kartu Askeskin yang dijalankan oleh perusahaan pendahulunya, PT Askes.
Namun kenyataannya, tidak semua orang mampu membeli kartu ini.
“Terus kita berpikir, kalau saya jadi bupati, saya akan buat kesepakatan dengan PT Askes, semua warga mampu. Saya (Pemprov) akan bayar 50% kalau masuk kelas 3, terserah,” kata Ahok dalam tayangan YouTube-nya. Hubungi BTP, Jumat (17/5).
Hal serupa pernah ia terapkan saat memimpin DKI Jakarta. Ia mengungkapkan, saat itu seluruh warga negara Republik China harus dirawat di rumah sakit kelas 3.
Ahok mengatakan, saat itu, ia menilai warga Jakarta yang berada pada kategori ekonomi atas tidak mau ditempatkan di Kelas 3 kecuali terpaksa.
“Cuma di Jakarta pembagiannya gimana? Tentu boleh kosong, boleh kosong. Di sini, RS, RSUD, Wali Kota, harus mendaftarkan informasinya. Kalau mau masuk kelas 3, kasih saja, Ahok menjelaskan lebih lanjut. .
Masalahnya tidak berakhir di situ. Meski Iuran BPJS Kesehatan gratis, ditemukan bahwa masyarakat miskin masih belum mampu membayar layanan kesehatan di rumah sakit.
Sebab masyarakat yang menunggu pasien dirawat di rumah sakit membutuhkan uang untuk transportasi dan makanan.
“Masyarakat yang ekonominya tidak bagus, pengasuhnya butuh uang untuk makan, butuh transportasi, saya belajar dari Belitung Timur. Banyak yang minta mudik karena tidak punya uang,” ujarnya. .
Berbekal pengalaman tersebut, Ahok menyulap Puskesmas Mukim menjadi Rumah Sakit Umum Mukim agar lebih dekat dengan pemukiman warga. Diharapkan tidak ada orang sakit yang bisa disembuhkan.
Ahok juga mengatakan, dirinya telah mendirikan klinik di pasar tersebut agar para ibu-ibu yang berjualan dan sering ke pasar tersebut tidak mengalami kendala dalam memeriksakan kesehatannya.
“Di sini kita adakan klinik di pasar, jadi kita bisa skrining perempuan. Ada risikonya, kanker, histerektomi, termasuk vaksin, cek tensi, semua ada di pasar, nanti jadi seperti ini” Jadi konsep kesehatan yang kita terapkan kan kita ingin yang datang sebanyak-banyaknya,” kata Ahok.
Kemudian ia juga membuat program ‘Ketuk pintu untuk melayani dengan hati’. Dengan program ini, dokter dan perawat Puskesmas harus mengunjungi seluruh rumah untuk mendata status kesehatan anggota setiap rumah.
“Jadi kadang masyarakat hanya butuh infus, kenapa perawatnya tidak datang ke rumahnya untuk memasang infus. Besok atau sore datang lagi. Dari pada terpaksa keluar biaya, mending berangkat ke Puskesmas,” tambah Ahok. .
“Dengan adanya informasi seperti itu, kita berharap BPJS kedepannya akan semakin baik. Makanya saat itu kita putuskan Jakarta tidak perlu melakukan Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) sendiri. Karena harus menjadi model nasional,” dia menyimpulkan. . .
(del/pta)
Tinggalkan Balasan