Menu

Mode Gelap

Otomotif · 6 Agu 2024

Pemerintah Cemas Guyur Insentif Mobil Hybrid


					Pemerintah Cemas Guyur Insentif Mobil Hybrid Perbesar

Jakarta, jurnalpijar.com —

Insentif pajak yang diusulkan Indonesia untuk mobil hibrida terhambat oleh sejumlah kekhawatiran pemerintah, dan sejauh ini belum pernah dipublikasikan sebagai kebijakan baru.

Pada diskusi pertama, Eko Harjanto, Deputi Bidang Pembangunan Industri Kementerian Perekonomian dan Wakil Direktur Kementerian Perdagangan dan Industri, mengatakan saat ini pemerintah telah menandatangani COP 12 untuk mengurangi perubahan iklim. Pada tahun 2038, emisi karbon akan terus menurun dengan sendirinya dan hingga tahun 2060 dengan bantuan internasional.

Eko mengatakan, upaya pemerintah mengurangi karbon dioksida global dimulai dengan meningkatnya penggunaan mobil listrik bertenaga baterai di Indonesia.

Pemerintah pun cepat menerapkan beberapa kebijakan untuk memudahkan kepemilikan dan penggunaan mobil listrik di Indonesia, salah satunya adalah pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN) dari yang semula 11 persen menjadi 1 persen.

“Nah, kita ada kebijakan PPN yang menjadi tanggung jawab pemerintah, jadi hanya 1 persen dari 11 persen. Sekarang kebijakan pemerintah masih di BEV,” kata GIIAS 2024, ICE BSD, Kamis (25/7).

Terkait mobil hybrid, diakuinya mobil jenis tersebut memberikan dampak positif terhadap lingkungan, namun diakui pemerintah belum memutuskan mengenai insentifnya.

“Nah, sementara hybrid itu peranannya penting dalam menurunkan emisi karbon. Saat ini kita sedang dikaji oleh Kementerian Perekonomian, mungkin teman-teman Gaikendo bisa bergabung. Belum resmi, tapi kita sudah diundang untuk mengulasnya. “. Satu.

Menguap.

Echo mengatakan fokus berikutnya adalah pada sisi penjualan. Ia mengatakan meski kurangnya dukungan finansial atau non finansial dari pemerintah, pasar mobil hybrid saat ini jauh lebih berkembang dibandingkan mobil listrik bertenaga baterai.

Pada tahun 2023, berdasarkan data Gaikindo, penjualan kendaraan hybrid mencapai 54.179 unit. Data ini hanya mencakup model kendaraan listrik hybrid (HEV), termasuk total 128 kendaraan listrik hybrid plug-in (PHEV).

Dibandingkan tahun 2022, penjualan kendaraan hybrid akan meningkat sebesar 523 persen atau lima kali lipat pada tahun 2023.

Sedangkan penjualan mobil listrik murni hanya 17.051 unit. Dibandingkan tahun 2022, peningkatan ini sekitar 40 persen, lebih rendah dibandingkan mobil hybrid.

“Nah, kalau hybrid belum ada kekhususannya. Performanya (Toyota) Xenix bagus, lalu (Suzuki) XL7 juga bagus. Artinya BEV tidak bisa mengimbangi hybrid. ,” kata Eko. .

Echo mengatakan kondisi tersebut dapat menggagalkan rencana awal pemerintah untuk mengurangi emisi karbon melalui penggunaan mobil listrik berbasis baterai, karena pemerintah berpikir dua kali sebelum menawarkan insentif untuk mobil hybrid.

Namun, pemerintah belum menyatakan secara jelas apakah akan menolak pemberian insentif pajak untuk mobil hybrid atau tidak.

“Jadi kalau (insentif) diterapkan pada saat yang sama, akan lebih sulit untuk membuat BEV kagum. Meski salah satu fundamental kita adalah mengurangi karbon, jadi ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan saat mengambil keputusan kebijakan.” Mereka berkata

“Tetapi intinya, insentif pajak yang diberikan pemerintah tetap kami gunakan untuk mendorong pengembangan industri,” tambah Echo. (ryh/fea)

Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Indonesia Cari Litium Bahan Baterai Mobil Listrik Sampai ke Zimbabwe

6 November 2024 - 04:15

Respons Toyota Usai Prabowo Larang Menteri Pakai Mobil Impor

5 November 2024 - 22:15

Masalah Kendaraan Listrik di Indonesia Versi Moeldoko

5 November 2024 - 08:15

Trending di Otomotif