Jakarta, jurnalpijar.com —
Rencana penutupan Taman Nasional Komodo (TNK) dari kegiatan pariwisata pada tahun 2025 oleh Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) mendapat tentangan dari warga sekitar.
Penolakan ini karena masyarakat Pulau Komodo terancam kehilangan sumber pendapatan jika Taman Nasional Komodo ditutup total untuk aktivitas pariwisata.
Bukan rahasia lagi jika sebagian besar penduduk kawasan tersebut bekerja di sektor pariwisata seperti pemandu dan penjual cenderamata. Pendapatan warga Pulau Komodo yang digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari bergantung pada kegiatan pariwisata.
“Dampaknya sangat besar. Kebanyakan masyarakat Komodo mencari nafkah dari pariwisata untuk bisa menjamin kebutuhan sehari-harinya,” kata Kepala Desa Komodo Haji Aksan, dilansir Detik, Rabu (17/7).
Di masa pandemi Covid-19, warga Pulau Komodo merasakan dampaknya karena tidak adanya kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo. Saat itu, penduduk kehilangan pendapatan sehingga perekonomian terpuruk.
“Jadi, kurang lebih dalam tiga tahun pandemi ini, perekonomian masyarakat Komodo turun drastis. Istri anak-anak pun pergi ke laut dan pulang dari laut hanya membawa pulang jenazah karena hasil laut sudah ada. kosong.” – Aksan menjelaskan.
Hingga saat ini masyarakat Pulau Komodo diberkahi dengan banyaknya kunjungan wisata ke Taman Nasional Komodo yang membantu perekonomian mereka.
“Saat ini tamu bisa mengunjungi Loh Liang (habitat komodo di Pulau Komodo) dan kampung Komodo. Jadi warga desa Komodo yang berkunjung ke kampung atau desa Komodo bisa berdaya,” ujarnya.
“Jika Taman Nasional Komodo rencananya ditutup, maka penduduknya akan kembali ke zaman kebodohan,” tambah Aksan.
Menurut Aksan, Ismail yang merupakan warga Pulau Komodo meyakini penutupan Taman Nasional Komodo akan berdampak pada perekonomian masyarakat setempat.
“Kami sangat tidak setuju jika TNK ditutup karena akan mempengaruhi sirkulasi perekonomian masyarakat di kawasan TNK, khususnya masyarakat Komodo yang mata pencahariannya kini didominasi oleh pariwisata, sebagai pemandu dan penjual cinderamata,” jelasnya. Ismail. .
Jika pemerintah tetap bersikeras menutup kawasan Taman Nasional Komodo untuk kegiatan pariwisata, kata Ismail, masyarakat Pulau Komodo siap mengambil tindakan untuk menolaknya.
Sebelumnya, BTNK berencana menutup Taman Nasional Komodo untuk kegiatan pariwisata mulai pertengahan tahun depan. Namun, sebelum kebijakan ini diambil, masih perlu dikaji.
Salah satu alasan penutupan TNK adalah karena kawasan tersebut perlu memulihkan diri dari tekanan akibat aktivitas pariwisata yang akhir-akhir ini sangat intens dan cenderung meningkat. (wiw/wiw)
Tinggalkan Balasan