TANGERANG – Menteri Perdagangan Budi Santoso menyatakan bahwa eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan China hingga saat ini belum memberikan dampak negatif terhadap kinerja perdagangan Indonesia. Justru sebaliknya, data menunjukkan ekspor nasional terus mengalami tren positif dengan surplus tertinggi tercatat ke pasar Amerika Serikat.
“Ya sementara enggak ada masalah, kalau kita (lihat) data-datanya ekspor kita naik terus, bahkan sekarang kan ekspornya tumbuh terus ya, mudah-mudahan enggak ada masalah,” ungkap Budi saat ditemui di sela-sela acara Trade Expo Indonesia 2025 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Rabu (15/10).

Berdasarkan data yang ada, kinerja ekspor Indonesia tidak hanya stabil ke pasar AS, tetapi juga mengalami peningkatan ke China. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu mempertahankan posisinya di tengah ketegangan perdagangan kedua negara adidaya tersebut.
Untuk menjaga momentum positif ini, Mendag menekankan pentingnya peningkatan daya saing serta promosi produk-produk dalam negeri, termasuk dari sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). “Pokoknya kita itu prinsipnya gini ya, kita itu ingin ekspor produk apa pun,” tegas Budi.
Optimisme pemerintah terhadap kinerja ekspor tercermin dari target pertumbuhan ekspor tahun ini sebesar 7,1 persen yang diprediksi dapat tercapai. Budi menyampaikan bahwa hingga periode Januari-Agustus 2025, pertumbuhan ekspor sudah mencapai 7,7 persen, melampaui target yang ditetapkan.
“Mudah-mudahan sampai Desember (terus naik) ya, paling tidak sama atau lebih meningkat lagi. Kita usahakan meningkat,” harap Budi.
Pernyataan Mendag ini muncul di tengah rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang akan memberlakukan tarif impor hingga 100 persen terhadap produk asal China. Mengutip Reuters, Trump pada Jumat (10/10) waktu setempat mengumumkan tarif tambahan sebesar 100 persen untuk seluruh ekspor China ke AS.
Selain itu, Trump juga berencana memberlakukan pembatasan ekspor terhadap semua perangkat lunak penting paling lambat 1 November mendatang, yaitu sembilan hari sebelum kebijakan keringanan tarif yang berlaku saat ini berakhir.
Meski demikian, Indonesia tampaknya berhasil memanfaatkan situasi ini dengan tetap mempertahankan hubungan dagang yang baik dengan kedua negara, bahkan meraih keuntungan dari diversifikasi pasar ekspor yang telah dilakukan selama ini.